SUBANG, HR – Baru beberapa bulan dibangun, tugu yang menjadi identitas Kabupaten Subang, Tugu Gapura di sejumlah tempat di daerah Pantura Subang sudah mulai ambrol.
Seperti yang terlihat di desa Sukamaju, kecamatan Sukasari, Subang. Salah satu Tugu Gapura di daerah itu ambrol. Informasi yang dihimpun, robohnya Tugu Gapura yang pada tahun ini serempak dibuat di setiap desa itu, karena dihantap angin.
Padahal untuk pembangunan Gapura tersebut, Pemkab harus merogoh dana berkisar Rp8 juta atau Rp32 juta untuk empat Tugu Gapura di setiap desa. Karuan saja, robohnya Tugu Gapura itu disesalkan oleh warga.
Samsudin, warga desa Sukamaju menyayangkan gapura yang baru beberapa bulan dibangun sudah roboh. “Kita sayangkan robohnya gapura tersebut. Padahal anggarannya besar Rp8 juta. Jangan-jangan hanya separuhnya anggaran yang digunakan,” kata warga setempat Samsudin
Kepala Desa Sukamaju belum bisa dikonfirmasi terkait robohnya tugu Gapura itu. Namun dari penelusuran HR kepada seorang tukang bangunan yang sempat diminta membuat Gapura, Enda, untuk satu Gapura hanya dibutuhkan waktu empat hari dengan tiga pekerja.
“Saya sudah 11 kali membuat gapura di wilayah pantura, umumnya kita mengerjakan gapura tersebut hanya tiga orang selesai dalam 4 hari,” kata Enda.
Enda menerangkan, saat mengerjakan gapura, semua material sudah disiapkan. Rata-rata untuk sepasang gapura, disiapkan 800 bata, dan 4-5 sak semen. “Pokoknya dengan material segitu harus selesai dan beres tidak boleh minta material lagi,” jelasnya.
Soal gapura yang ambruk, Enda mengaku tidak kaget. Pasalnya, dengan 5 sak untuk sepasang gapura, dinilainya tidak mencukupi untuk hasil yang maksimal. “Padahal idealnya untuk sepasang gapura tersebut semen yang digunakan antara 7-8 sak sehingga kualitasnya terjamin dan tahan lama,” tuturnya. herdi/ujang/asep