PAGARALAM, HR – Kegiatan Pameran Arkeologi Pagaralam bertempat di Aula SD Negeri 74 Gunung Gare dibuka oleh Sekda Kota Pagaralam Drs. Samsul Bahri Burlian “Di Antara Dua Tradisi” berasa berbeda ada aura kebudayaannya erat saling berkaitan.
Pantauan teman-teman wartawan dilapangan, Pameran Arkeologi Pagaralam “Di Antara Dua Tradisi” terlihat yang dipamerkan hanya foto berukuran raksasa, tapi fokus pada tema batu peninggalan zaman megalitik dan huruf ulu,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan agenda kerja Balai Arkeologi Sumsel (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Menarik perhatian publik, pada caption foto-foto yang dipamerkan, kata Besemah (nama suku yang bermukim di Sumatera Selatan bagian Barat) ditulis Pasemah”.
Informasi yang kita ketahui bersama Pasemah adalah penyebutan kata Besemah oleh orang asing (Belanda) yang tidak bisa melafalkan “Be”.
Menurut Kepala Badan Arkeologi Sumsel, Dr Wahyu Rizky Andhifani SS MM, catatan sejarah lengkap tentang Indonesia, termasuk Sumsel banyak terdapat di luar negeri, seperti Belanda.
“Penyebutan Pasemah untuk Besemah sekadar perspektif – bagaimana orang luar melihat masyarakat dan kebudayaan yang ada di Pagaralam, Lahat, dan Kabupaten Empat Lawang,” katanya kepada teman-teman wartawan.
Sementara judul pameran “Di Antara Dua Tradisi” menurut Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan, Cholmin Ocol Heryadi, adalah ruang di antara zaman prasejarah dengan perkembangan masyarakat Besemah setelah “mengenal’ kebudayaan, seperti dibentuknya batu-batu, penggunaan aksara Ulu, masuknya agama Islam, dan lainnya.
Bagi masyarakat Pagaralam, utamanya pelajaran dan mahasiawa yang hari ini tak sempat hadir, masih ada kesempatan untuk melihat pameran.
Pameran berlangsung hingga tanggal 20 November hal ini penting dan menarik. jauhari gunawan
