LSL Terbanyak Kasus HIV-AIDS di Kota Sukabumi

oleh -73 views
oleh
LSL Terbanyak Kasus HIV-AIDS di Kota Sukabumi.

SUKABUMI, HR – Kelompok Laki-laki Seks dengan Laki-laki (LSL) berada pada posisi teratas dengan risiko tinggi terpapar HIV/AIDS. Bahkan lebih berisiko ketimbang kelompok pekerja seks, waria, pengguna napza suntik (penasun), pasangan risti (homoseksual/lesbian), maupun kelompok-kelompok berisiko tinggi lainnya. Data yang tercatat di KPA Kota Sukabumi setahun terakhir, periode Januari sampai dengan November 2022, ada 157 kasus positif HIV/AIDS, di mana 77 di antaranya berasal dari LSL.

Sekretaris KPA Kota Sukabumi, Fifi Kusumajaya menjelaskan, minimnya kesadaran kelompok LSL dalam melakukan pemeriksaan HIV/AIDS merupakan salah satu penyebab kelompok tersebut dikategorikan risiko tinggi dan penyumbang angka kasus positif HIV/AIDS terbanyak dalam empat tahun terakhir ini. Kasus positif tersebut juga baru terdeteksi setelah kelompok LSL melakukan pemeriksaan kesehatan atau hendak mendapat penanganan medis di rumah sakit. Menurutnya kesadaran melakukan pengecekan HIV/AIDS ini juga penting disadari oleh kelompok risiko tinggi lainnya.

“Jadi misalnya ketika kelompok-kelompok berisiko tinggi ini, seperti LSL, mau dioperasi di rumah sakit, itu baru ketahuan karena kan langsung diperiksa. Tapi di luar itu kalai tidak diperiksa, tentu kita tidak akan tahu. Bukan hanya LSL saja, tapi untuk kelompok-kelompok lainnya juga penting. Ini menjadi evaluasi kita di akhir tahun, agar tahun depan bisa lebih aktif lagi sosialisasi,” ungkap Fifi, Selasa (20/12/2022).

Lebih lanjut dikatakan, upaya penguatan dari sisi regulasi juga terus dilakukan, seperti menjalin komunikasi dengan DPRD Kota Sukabumi. Tujuannya agar tercipta peraturan tingkat daerah yang bisa menguatkan upaya penanganan dan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS di Kota Sukabumi. Karena, kata Fifi, selain upaya penanganan kepada para penderita HIV/AIDS, yang tak kalah penting adalah sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat, terutama kepada kelompok-kelompok berisiko tinggi terpapar HIV/AIDS.

“sosialisasi ke sekolah-sekolah, dan ke kampus-kampus telah dilakukan namun hasil nya belum maksimal. Tujuan akhir dari regulasi itu agar tidak ada stigma negatif kepada penderita HIV/AIDS. Orang itu memberikan stigma karena tidak tahu. Makanya pengetahuan dasar tentang HIV/AIDS atau cara penularan, pencegahan dan penanggulangannya itu penting disampaikan,” ucap Fifi.

Sementara itu, Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (Subko P2PM) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Denna Yulavia menjelaskan, berdasarkan data dari Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) tahun 2022, jumlah kumulatif sepanjang tahun 2018 sampai dengan November 2022, temuan kasus HIV/AIDS sebanyak 1.008 kasus dan temuan AIDS 265 kasus. Sejak tahun 2018 itu, kata Denna, kesadaran masyarakat dalam melakukan tes HIV/AIDS juga terus meningkat sehingga dapat membantu Dinas Kesehatan dalam melakukan screening.

“Untuk target tes HIV/AIDS dari tahun 2018 setiap tahunnya itu terus naik. Misal target 8.000 tes, itu bisa melampaui hingga 9.000 sampai 10.000. Tahun 2022 saja sudah dilakukan tes kepada 10.191 orang di 15 puskesmas, 7 rumah sakit, 1 Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) dan 1 Lembaga Permasyarakatan (Lapas). Dari yang dites itu ditemukan kasus positif HIV/AIDS. Kalau sudah terdata akan lebih mudah cara kita menanggulanginya,” ucap Denna.

Gejala awal seperti batuk-batuk berat. khusus nya mengidap Tuberculosis (TBC), wajib dilakukan pemeriksaan lanjutan HIV/AIDS. Ada juga gejala awal mirip sariawan di mulut yang dalam istilah medis disebut Candidiasis Oral. Kemudian gejala lainnya seperti diare yang berkepanjangan.

“Ketika ada gejala-gejala seperti itu orang biasanya baru melakukan pemeriksaan ke Puskesmas dan bila disetujui akan dites HIV/AIDS.  Disarankan untuk selalu berolah raga dan PHBS, melakukan pengecekan rutin serta mengkonsumsi obat dengan disiplin,” pungkas Denna. ida

Tinggalkan Balasan