Krisis Air Bersih

oleh -438 views
oleh
KAMPAR, HR – Sebenarnya, betapa maha kayanya bangsa Indonesia, memiliki wilayah dengan kekayaan berbagai sumber daya alamnya. Akan tetapi, secara nyata rakyat masih miskin dan susah (melarat). Mengapa demikian?
Supri, warga Desa Kusau yang
sedang  melansir 
air bersih menggunakan sepeda motor terikat 
keranjang
dengan 5 buah jerigen. Dan kondisi DAS 
yang rusak
Apakah ini akibat dari perilaku para penyelenggara pemerintah (pejabat) yang tidak tahu rasa malu dan tanggungjawab terhadap bangsa ini. Di berbagai lnstansi terkait, rasa cinta terhadap negeri yang dihuninya, sepertinya telah sirna dan pupus. Mereka tak perduli bagaimana nasib masyarakat yang menderita saat ini, apalagi memikirkan anak cucu ganerasi penerus bangsa ini nantinya.
Kondisi penderitaan masyarakat yang terabaikan, seperti yang terjadi Desa Kusau Makmur, Kecamatan Tapung Hulu, Kab.Kampar. Propinsi Riau. Mereka kesulitan mendapat air bersih, semua sumur dan sumber air kering. Tetapi hingga kini tak ada perhatian atau kepedulian dari instansi atau pejabat terkait. “Kami warga masyarakat Kusau Makmur kesulitan mendapat air bersih. Semua sumur, sumbrer air dan sungai daerah kami ini mati (kering), sehingga warga kesulitan mendapat air bersih. Dua minggu saja kemarau sudah sulit cari air. Hal seperti ini sering terjadi. Apalagi kemarau panjang seperti sekarang,”ungkap Supri, warga Desa Kusau yang sedang melansir air bersih menggunakan sepeda motor terikat keranjang dengan 5 buah jerigen berisi air 25-30,liter/jeriken kepada HR, baru baru ini.
Di lain tempat, Tokoh Masyarakat Tapung, Said Aidil Usman dan Daulat Panjaitan juga merasakan derita sebagai rakyat Indonesia, yang juga melihat berbagai penderitaan rakyat lainnya. Mereka menilai sepertinya pemerintah negeri ini sudah lupa dengan Pancasila. “Seharusnya mereka pahami bunyi Pancasila sila yaitu Kerakyatan yang dipinpin oleh hikmad, Kebijaksanan dalam Permusawartan/Perwakilan. Dan ke 5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,”sebut Said Aidil Usman. Bagai mana caranya memahami, bunyi Pancasila saja tidak ingat,”timpal Daulat Panjaitan. Menurut mereka, dari tahun ke tahun berlalu, silih berganti bermacam-macam kejadian yang terjadi, seperti sekarang ini, kabut asap. Semua ini tak dipungkiri, karena ulah para pejabat yang mementingkan diri sendiri, tanpa memikirkan orang lain.
Contoh Gamblang, Said Aidil Usman menjelaskan, pemerintah sudah jelas melarang membuka lahan lembah alur sugai, dan pengalih fungsian Daerah Aliran Sungai (DAS), demi terjaganya sumber air, juga untuk pelestarian alam. Tetapi, kenyataanya, PT. dan PTPN V di daerah Riau, sepertinya arogan, tidak mengindahkan UUD RI 1945 pasal 5, ayat 2, UU No,7 2004 tentang sumber daya air, PP RI No,38/2011 tentang sungai, UU No.41/1999 tentang hutan. 
Dengan arogannya, hampir seluruh sungai di daerah perkebunan ditanami kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit. Sehingga berakibat perobahan iklim pun cukup estrim disebabkan ekspolitasi. Hal lainnya, pembukaan lahan dimana-mana tanpa memperhatikan aturan tersebut. “Untuk itu, kami minta kepada pemerintah penyelenggara, dan dinas terkait agar tinjau ulang tentang perizinan perkebunan, demi keselamatan bangsa, dan Negara Republik Indonesia,”tandas Said Aidil Usman dan Daulat Panjaitan. js/hs

Tinggalkan Balasan