Masyarakat Bali Perlu Tingkatkan Kesadaran Hemat Air

oleh -786 views
Lokakarya digelar di Villa Asana Umalas (1/07/2019), Stroma berdiskusi dengan dua orang pemilik guest house, dan satu orang pengelola tempat berjualan di Bali untuk mengetahui sampai mana konsentrasi dan atensi dari masyarakat terkait isu potensi krisis air.

BADUNG, HR – Isu terkait krisis air di Bali sempat menjadi perbincangan, namun hal tersebut segera reda dan berganti dengan kampanye resmi yang dirilis oleh Pemerintah Provinsi Bali terkait sampah plastik. Namun apakah krisis air kemudian benar hanya sekadar isu?

International Tourim Partnership pada Agustus 2018 merilis artikel berjudul “ITP-Destination Water Risk Index” yang menyatakan, bahwa Bali dan Mumbai merupakan dua destinasi wisata dengan resiko tertinggi mengalami krisis air.

Berdasarkan hal ini, seorang peneliti dari University of the West of England, Dr Stroma Cole yang telah melakukan penelitian terkait air di bali pada 2010 dengan judul artikel “Tourism and Water Inquity in Bali: A Social-Ecological Systems Analysis”.

Penelitian pertama Stroma menyimpulkan, bahwa manajemen air di Provinsi Bali dipegang oleh banyak instansi pemerintah, sehingga pergulirannya tidak terpantau secara terpadu dan sulit dimonitoring perkembangan dan kondisinya.

Oleh karena itu, dengan menggaet Dosen Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, Wiwik Dharmiasih, Stroma bermaksud meneliti tingkat kesadaran masyarakat Bali terhadap isu potensi krisis air ini.

“Pada lokakarya kali ini kami mengundang secara resmi 10 pengusaha penginapan kecil dan pengusaha kecil menengah untuk mengetahui bagaimana perspektif mereka terhadap pengaturan penggunaan air,” ucap Stroma.

Ia juga menyampaikan bahwa pemilihan pengusaha penginapan kecil berbasis vila dan hostel dikarenakan pada hotel-hotel besar rata-rata telah menerapkan manajemen penggunaan air yang terstruktur, terpantau, dan ditekan seminimal mungkin karena mereka membayar untuk air tanah yang mereka gunakan.

Pada lokakarya yang digelar di Villa Asana Umalas (1/07/2019), Stroma berdiskusi dengan dua orang pemilik guest house, dan satu orang pengelola tempat berjualan di Bali untuk mengetahui sampai mana konsentrasi dan atensi dari masyarakat terkait isu potensi krisis air dan bagaimana cara penekan penggunaan air yang tidak perlu di tempat usaha masing-masing.

“Terdapat 6 pelaku usaha yang mengkonfirmasi kedatangannya kepada kami, namun sayangnya yang datang hanya tiga orang. Namun kami masih berharap bahwa kedatangan mereka merupakan bentuk kepedulian dan dapat menjadi pintu gerbang bagi penyebaran informasi terkait hemat air ini kepada para pengusaha lainnya,” jelas Wiwik Dharmiasih setelah acara usai.

Menurut Wiwik, kesadaran akan isu potensi krisis air di Bali masih menjadi hal yang langka dikarenakan masyarakat masih memperoleh air secara gratis dan belum merasakan kekurangan. Padahal, di beberapa daerah telah terjadi penurunan kualitas air tanah yang menyebabakan air tidak dapat lagi dikonsumsi.

“Penurunan kualitas air tanah pada dasarnya merupakan salah satu indikator potensi krisis air, namun hal tersebut bukan menjadi kewenangan kami untuk meneliti, sehingga kami masih akan melengkapi data dengan berkunjung pada instansi-instansi terkait,” tutup Wiwik. gina

Tinggalkan Balasan