Hilirisasi Industri Sawit Dan Lada, Ranto Sendhu Bilang Lada Bukan Produk Andalan Lagi

oleh -233 views
oleh
Hilirisasi Industri Sawit Dan Lada, Ranto Sendhu Bilang Lada Bukan Produk Andalan Lagi.

BANGKA BELITUNG, HR – Ranto Sendhu Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menilai bahwa sejak beberapa tahun terakhir tanaman Lada bukan lagi menjadi komoditas unggulan pertanian di Provinsi kepulauan bangka belitung.

“Lada ini sebenarnya favorit bagi kami, bagaimana dulu kejayaan Lada di Pulau Bangka itu sangat luar biasa yang terkenal dengan nama white pepper muntok. Lada sekarang ini kita kategorikan bukan sebagai produk andalan/utama lagi bagi kami,” jelas nya di depan Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, saat berkonsultasi tentang Hilirisasi Sawit Industri Dan Lada di Direktorat Jendral Industri Agro Kementerian Perindustrian RI, Selasa (14/02/2023).

Menurutnya, tanaman Lada sejak ditanam mulai dari bibit hingga bisa berproduksi membutuhkan waktu kurang lebih sekitar dua tahun delapan bulan dan membutuhkan biaya yang sangat besar, Sehingga tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan.

“Itu waktu yang sangat lama bagi kami, sehingga banyak petani kami sudah malas bertanam Lada, kedua, harga sangat tidak relevan dengan waktu dari penanaman sampai menghasilkan. Itu yang menjadi persoalan di kami,” ungkapnya.

Tak hanya itu, Legislator Demokrat Dapil Kabupaten bangka ini berharap, agar adanya upaya atau langkah dan strategi dari pusat dan daerah agar produktivitas tanaman Lada di Provinsi kepulauan bangka belitung dapat lebih meningkat dan waktu yang dibutuhkan untuk produksi tidak terlalu lama.

Legislator Demokrat yang akrab disapa Habib RS ini menyampaikan, bahwa pihaknya terus mendorong dan mengupayakan agar petani dapat membentuk koperasi, menurutnya dengan bergabung dalam koperasi akan lebih membantu petani untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.

“Di belitung kami ada yang namanya Koperasi Kacang Butor, itu memang Lada itu dikumpulkan dan diproduksi menjadi bubuk Lada kemudian di ekspor, alhamdulillah. Cuma kami di bangka belitung ini masih kekurangan bahan baku,  padahal daerah kami penghasil Lada terbesar,” kata Habib RS. agus priadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *