Dua Kader Partai Golkar Saling “Sikut” di Badung

oleh -504 views
oleh
BADUNG, HR – Atmosfir politik di tanah Bali mulai memanas, dimana Ketut Suiasa yang terpilih mendampingi Nyoman Giri Prasta dari PDIP. Kader dari Golkar berkoalisi dengan Kader PDIP. Sedangkan Made Sudiana yang tampil sebagai calon bupati. Dua kader Golkar terbaik di Badung ini akan bertarung head to head dalam Pilkada Badung dengan paket yang berbeda.
Terkait kader Partai Golkar yang “dipaksa” head to head di Pilkada Badung Desember 2015 mendatang ini dinilai merupakan kader-kader terbaik. Bahkan, baik Ketut Suiasa dan Made Sudiana sejatinya agar tetap dirangkul demi kepentingan bersama Partai Golkar di Badung.
Tokoh senior Partai Golkar Dewa Rai Budiasa menilai, dengan bertarungnya kedua kader tersebut, membuat kondisi partai berlambang pohon beringin tersebut kian pecah. Padahal sambungnya, seharusnya saat-saat menjelang Pilkada, setiap kader diajak untuk tetap mengingat jati diri partai yang besar di era orde baru tersebut. “Kembalikan jati diri Partai Golkar sebagai pengawal pembangunan,” sebut Budiasa saat ditemui di Nusa Dua, Badung (8/9).
Partai Golkar tambah Budiasa, sejak awal berdirinya bukanlah “rumah” yang diisi oleh orang-orang yang hanya berpikir pragmatis dan mengejar jabatan serta kekuasaan saja. Namun sambungnya, partai yang pernah berkuasa selama 30 tahun lebih tersebut diisi oleh orang–orang yang selalu berkarya.
“Jiwa ini sudah tidak ada. Jangan sampai kedepannya diisi oleh orang-orang yang berpikir pragmatis dan mengejar kekuasaan saja. Karena itu bukan jati diri dari partai yang sesungguhnya,” jelas Budiasa.
Budiasa menyarankan agar, para elit partai yang ada baik di DPD tingkat II, tingkat I dan DPP tidak membiarkan kedua kader menjadi korban para Kurawa yang sedang bertempur di tingkat atas. “Jangan dilepas mereka (para kader, red) bertempur karena Kurawa yang bergesekan di tingkat atas,” katanya.
Namun Budiasa tidak menyalahkan jika para kader partai di tingkat bawah saling “sikut”. Pasalnya, saat ini partai sendiri belum memiliki figur pemimpin yang mampu merangkul. Bahkan lanjut Budiasa, kader di bawah saat ini hanya menjadi korban permainan oknum di tingkat pusat.
“Yang mendapatkan negatifnya ya Golkar sendiri akibat kader terus berseteru. Apalagi, partai sendiri belum memiliki figur yang mampu menjadi sosok pemimpin,” sebut Budiasa.
Budiasa mengharapkan, pilkada serentak ini semestinya menjadi starting poin untuk masa depan Partai Golkar. “Dikumpulkan lintas generasi, lepaskan kepentingan masing-masing demi kepentingan partai,” katanya.‬ ■ anas

Tinggalkan Balasan