Segala Taktik dan Strategi Upaya Menjatuhkan Jokowi Dimata Rakyat Indonesia

oleh -715 views
oleh

*oleh: Albert Soekanta

JAKARTA, HR – Kita kembali melihat ke masa lalu, yaitu perjalanan sejarah Bung Karno yang dijatuhkan oleh rezim Soeharto. Dimana para pengikut Soekarno satu persatu tumbang dan dihabisi oleh Soeharto dengan dalih dicap sebagai PKI ataupun melawan Pancasila dan menghina Presiden Soeharto. Segala cara dilakukan Soeharto untuk menghabisi pengikut Soekarno di setiap daerah.

Berkaca dari pengalaman, saya sebagai anak dari Simpang Ginting, tokoh PNI dan dikenal sebagai orang dekat Bung Karno di Sumatera Utara. Simpang Ginting adalah Ketua DPD PNI Sumut 1964 dan Ketua DPP GPM 1964. Saya merasakan dan melihat sendiri gimana orang tua saya dikebiri hak-hak politiknya dan diawasi selama 24 jam.

Didekat rumah kita ada rumah yang disewa oleh BAKIN khusus untuk mengawasi orang tua saya. Bahkan keluarga sendiri pun takut mengakui orang tua saya sebagai keluarga. Dan Gambar Bung Karno hanya di rumah kita yang berani memajangnya. Begitulah nasib sedih sebagai pengikut ajaran Bung Karno. Sangat terasa aroma arogansi dan diktator militer

Soeharto sangat- sangat takut PNI dan pengikut Bung Karno kembali berkuasa. Maka PNI dipecah belah dan hancur lebur. PNI sebagian dibawah komando/pengawasan Soeharto dibentuklah PDI yg terdiri dari fusi beberapa partai politik..

Pimpinan eksekutif, legislatif dan yudikatif dari tingkat terendah sampai tertinggi dipegang oleh militer AD. Bahkan peranan Kodam dan Koramil pun sangat- sangat besar pada waktu itu. Sehingga kekuasaan sentralisasi ditangan Soeharto

Kekuasaan Tirani Soeharto yang berkuasa penuh selama 32 tahun sudah menghancurkan para pengikut Bung Karno. Dan tidak mungkin lagi Bung Karno bangkit ataupun ajaran-ajarannya dilaksakan dalam membangun Bangsa dan Negara

Antek-antek orde baru dan keluarga Soeharto yang telah menikmati kekuasaan tirani selama 32 tahun, sepertinya menginginkan kembali berkuasa demi pundi-pundi dari hasil KKN.
Harapan gerbong orde baru sekarang berada dipundak Prabowo. Pilpres 2019 ini adalah arena terakhir bagi keluarga Soeharto dan gerbongnya. Penentuan dan kesempatan terakhir bagi bangkitnya.
New Orde Baru.

2014 adalah pengalaman pahit bagi Prabowo Hatta atas kekalahannya pada Pilpres yg lalu. Dimana Prabowo dikalahkan oleh Jokowi, rakyat biasa dari Solo dengan bermodalkan kejujuran dan ketulusan memihak rakyat.

Kerja Nyata pemerintahan Jokowi – JK yang memihak kepentingan rakyat membuat peluang Prabowo makin sedikit jika adu program dan visi misi. Sehingga segala taktik dan strategi dijalankan untuk menjatuhkan dan merusak nama pemerintahan Jokowi – JK.

Segala bentuk fitnah dilakukan mengarah ke Jokowi agar rusak namanya Dimata rakyat. Gonjang ganjing politik terjadi dan hoax menyebar sampai kepelosok negeri.Yang membuat kita tersenyum-tersenyum adalah kesalahan-kesalahan orde baru ditimpakan dan dialamatkan ke Jokowi

Contoh kasus, dikatakan Jokowi memihak ke tenaga kerja asing, sehingga dikatakan ribuan tenaga kerja asing masuk ke Indonesia akibat pemerintahan Jokowi.

Padahal hal itu terjadi dikarenakan peraturan dan kepres dari jaman orde baru..

Di zaman orde baru peraturan masuknya tenaga kerja asing diperbaharui masa kerjanya setiap 5 tahun sekali dan tanpa pengawasan.

Di zaman Jokowi masa berlaku tenaga kerja asing hanya 2 tahun dan diawasi resmi oleh aparat terkait. (Penuturan Adian Napitupulu kader PDI.P di YouTube)

Dikatakan lagi, di zaman Jokowi rakyat miskin semakin bertambah. Padahal aturan-aturan yang ada dibidang usaha, dll sejak zaman orde baru memihak kepada kapitalis, memihak kepada pengusaha-pengusah yang bermodal besar.

Di zaman Jokowi segala sesuatu diubah sistem birokrasi yang ada menjadi transparan,online dan anti KKN.

Namun perubahan drastis yang diharapkan tidak dapat dilakukan akibat praktek-praktek KKN yang dibungkus dengan undang-undang harus diubah menjadi memihak ke rakyat

Seperti penuturan prof.Mahbub MD, bahwa di DPR RI terjadi praktek jual beli UU untuk kepentingan-lepentingan kelompok dan kepentingan kapitalis. (Sumber YouTube)

Kesalahan orde baru mau ditumpahkan dan dialamatkan ke Jokowi. Sungguh kocak sandiwara politik yang terjadi saat ini.

Dan yang lebih kocak lagi dikondisikan seolah olah Prabowo adalah sosok pemimpin sekelas Bung Karno.

Jelas-jelas Bung Karno memiliki ajaran-ajaranya Prabowo tidak memiliki ajaran apapun. Orang tua Prabowo jelas-jelas anti Bung Karno. Soeharto mertua Prabowo menggulingkan Bung Karno. Darimana jalannya Prabowo itu seperti Bung Karno.

Dan Sandiaga Uno dikondisikan seperti Bung Hatta ahli ekonomi. Dwi Tunggal Bung Karno/Hatta mau dilegitimasi ada disosok Prabowo Sandiaga. Sungguh kocak sandiwara politik Prabowo.

Pasangan Prabowo -Sandi hanya bisa menang kalau menggunakan strategi luar-biasa (extra ordinary). Atau mengandalkan adanya keadaan/kejadian luar biasa seperti kondisi Keamanan, Politik dan Ekonomi yang memburuk.

Hal ini perlu diantisipasi oleh Team Sukses dan Relawan Jokowi

Menghalalkan Segala Cara

Pikiran mengahalakan segala cara dan segala strategi yang diperkirakan akan digunakan mereka. Hal ini mengingat bahwa menjatuhkan kredibilitas dan elektabilitas dengan mengumbar kata “bohong” dianggap kurang efektif. Pasalnya Jokowi mampu menunjukkan hal kongkrit yang kasat mata. Padahal dalam pandangan paslon No 2, kata “bohong” dapat menggugurkan citra Jokowi selain mudah dimengerti publik. Hal ini mirip dengan penggunaan yel pada tahun 2014,

Jokowi adalah presiden boneka ?

Jokowi telah membuktikan dirinya bukan boneka. Bahkan disisi lain Prabowo belum dapat membersihkan dan membuktikan dirinya bukan *Pelanggar HAM Berat masa lalu*

Disisi lain mereka melihat ada sebuah simbomutualisme saling menguntungkan antara PDI.P dan Jokowi. Dimana kemenangan Jokowi adalah kemenangan PDI.P. Dan sebaliknya kemenangan PDI.P adalah kemenangan Jokowi.

Hal ini membuat pihak Prabowo pusing 14 keliling. Mereka mencoba melakukan fitnah dan serangan-serangan hoax ke Jokowi,PDI P dan Megs.

PDI.P digoyang dan difitnah sebagai partai anti Islam. Padahal Pengurus dan simpatisan PDI.P sebagian besar adalah Islam. Sengaja diciptakan agar terjadi perpecahan bangsa dan perpecahan Agama (SARA)

Strategi Menjatuhkan Jokowi

Strategi ini terdiri atas beberapa komponen, yakni:
(1) Mencari atau membuat jebakan batman, sehingga pihak Jokowi hancur dimata rakyat
(2) Kehancuran yang diciptakan harus bersifat SARA atau HAM, khususnya agama atau penggunaan kekerasan berupa pelanggaran HAM.
Karena Isu bernuansa SARA dan HAM lebih mudah untuk membakar sentimen masyarakat.
(3) Disiapkan tokoh-tokoh reaksioner yang segera memberi tanggapan atas blunder berupa pelanggaran SARA dan HAM tersebut.
(4) Dimobilisasi pemberitaan meluas untuk mempublikasikan tanggapan elite reaksioner tersebut. Dengan demikian terjadi heboh pemberitaan yang dapat memprovokasi kemarahan publik secara massal.
(5) Mempersiapkan dan mengkapitalisasi organ di beberapa kota yang siap menggerakkan sentimen massa yang marah
(6) Melakukan replikasi atau penularan gerakan ini ke seluruh Indonesia dengan menggerakkan organ yang telah dikapitalisasi
(7) Sementara gerakan berlangsung di lapangan, dilakukan proses litigasi dengan melaporkan kasusnya ke kepolisian. Dengan demikian ada efek kriminalisasi atas kasus tersebut.

(8) Dilakukan lobby politik lebih intens dengan parpol anggota koalisi pasangan Prabowo – Sandi. Tujuannya adalah menjadikan aksi massa sebagai peristiwa sosial menjadi peristiwa politik yang punya nilai politik bagi Pilpres 2019.

(9) Jika dampak politiknya dinilai kurang signifikan, maka aksi-aksi massa yang sudah meluas ke seluruh pelosok akan dijadikan kerusuhan berskala nasional. Dengan demikian akan diberlakukan kondisi darurat yang dapat menggagalkan pemilu.

(10) Dengan ditundanya pemilu, Jokowi yang sudah mereka buat babak belur diperkirakan akan kalah.

*Kegagalan Memfitnah Jokowi*

Pertama , saat akan melakukan Deklarasi #2019Ganti Presiden. Deklarasi tersebut sudah diantisipasi akan mendapat reaksi keras dari pendukung #2019Tetap Jokowi. Agar deklarasi #2019Ganti Presiden menarik publik , dihadirkan artis seperti Ahmad Dani dan Neno Warisman. Acara deklarasi #2019Ganti Presiden ,baik di Riau maupun di Surabaya, akhirnya memang mendapat reaksi keras dari pendukung rakyat. Namun dari kerusuhan dalan acara deklarasi tersebut tidak ada blunder yang bisa diblowup untuk menyudutkan pemeritahan Jokowi.

Kedua, peristiwa kebohongan artis Ratna Sarumpaet yang “menjual” foto operasi plastik untuk digunakan sebagai “blunder” yang bisa dihebohkan agar pasangan Prabowo – Sandi terkesan didzolimi. Bahkan Ratna Sarumpaet dinobatkan sebagai *Ratu Hoax*
Cara ini meniru pilpres di Taiwan ketika seorang presiden inkumben ditembak oleh anggota Tim Kampanyenya sendiri agar mengesankan bahwa ia didzolimi sebaliknya lawannya bertindak brutal. Walaupun akhirnya sang presiden memenangkan pilpres, tapi hasilnya dibatalkan karena polisi berhasil membongkar konspirasi di belakangnya. Upaya kolaborasi dengan Ratna Sarumpaet ini gagal saat ada pengakuan bahwa klaim penganiayaan hanya satu kebohongan.
Justru kasus ini telah “membakar” seluruh hasil dari kampanye kebohongan yang dituduhkan ke Jokowi. Sebalikya elit pendukung pasangan Prabowo – Sandi malah secara kolektif terlibat dalam kasus kebohongan Ratna Sarumpaet.

Ketiga, adalah terbakarnya bendera HTI yang bertuliskan kalimat Tauhid saat acara Hari Santri di Garut. Kasus ini adalah buah dari aksi penyusupan HTI yang simpatisannya selama ini mendukung pasangan Prabowo – Sandi. Aksi “menyusup dan lakukan aksi dalam kubu lawan” semacam ini juga menjadi andalan pasangan Prabowo – Sandi. Setelah gagal lakukan penyusupan di Kampus UGM, tampaknya di Garut mereka berhasil. Sehingga Banser terpancing membakar bendera HTI (yang mencantumkan aksara Tauhid).

Namun dari teori penyusupan, kemungkinan Banser sendiri sudah disusupi mereka untuk membuat trigger factor atau blunder yang bisa dimanipulasi menjadi heboh nasional.

Sayang memang kerusuhan untuk meramaikan kasus pembakaran bendera HTI di berbagai kota ,menyusul peristiwa di Garut, tidak terblowup secara nasional. Sehingga harapan menjadikan kasus Garut sebagai strategi menjatuhkan Jokowi pupus sudah. Memang tidak ada alasan lagi untuk membuat satu kerusuhan nasional, karena Banser sudah minta maaf dan polisi telah menindak tegas pelakunya.

Bola Salju Melindas Prabowo

Namun karena upaya menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan dan merusak nama Jokowi kelihatannya merupakan satu-satunya strategi agar pasangan Prabowo – Sandi menang dalam Pilpres 2019. Kendati beberapa kali gagal, pelaksanaan strategi itu akan diulangi terus. Ibarat kesebelasan sepak-bola yang terus-menerus mengincar kapan harus lakukan serangan balik yang tepat, karena dengan satu-satunya cara itu mereka akan menang.

Inilah yang secara terus menerus mereka pikirkan mencari celah untuk menghancurkan Jokowi

Disisi lain mereka lupa bahwa Rakyat Indonesia itu bisa menilai. Bahwa Rakyat Indonesia tau siapa itu Prabowo yang bagian dari kekuasaan Otoriter Soeharto Dan apa yang dilakukan Prabowo malah menambah kebencian Rakyat Indonesia kepadanya. Apa yg dilakukan Prabowo adalah menciptakan Bola Salju yang melindas dirinya sendiri.

Mereka lupa bahwa diatas segalanya Allah melihat apa yg terjadi saat ini.Allah tidak akan membiarkan kezholiman terjadi di NKRI.

Cobaan-cobaan yang ada akan diberikan Allah solusinya. Jika Allah berkehendak maka pasti terjadi.

Untuk itu mari kita tetap berada ditengah+tengah masyarakat. Bersama Rakyat Indonesia kita memenangkan Jokowi pada Pilpres 2019

Jokowi adalah *Sinar Matahari* menerangi Indonesia. Matahari bersinar bukan karena ayam berkokok. Tapi ayam berkokok karena matahari bersinar.

Siapapun tidak dapat menghalangi bersinarnya matahari. Siapapun tidak dapat menghalang-halangin Jokowi jadi Presiden 2019/2024, jika Allah telah berkehendak.

*Tulus seperti Merpati.
*Cerdik seperti Ular*
*Berpendirian teguh seperti Banteng Keraton*

*JOKOWI PASTI MENANG*
SALAM JKWMA

*Penulis: Ketua Umum Relawan Padamu Negeri (RPN)

Tinggalkan Balasan