Proyek AMP Buil – Labang Diduga Tidak Memakai Tack Coats dan Prime Coat

oleh -1.3K views
oleh

MELAWI, HR – Proyek Pengaspalan Hotmix (AMP) Jalan Nasional Desa Batu Buil – Labang Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, diduga tidak memakai Tack Coats dan Prime Coat. Gafaruddin, salah satu pemerhati pembangunan di Kabupaten Melawi berharap kepada Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional Wilayah Provinsi Kalimantan Barat agar turun melihat kontraktor yang sedang melaksanakan pengaspalan jalan, dan mendesak anggota DPR RI untuk turun langsung memantau proyek tersebut.

Gaparuddin memaparkan, ketika berbicara soal pengaspalan jalan yang dilaksanakan oleh kontraktor yang mendapatkan pengerjaan pembangunan jalan menggunakan pengaspalan hotmix, dduga tidak memakai tack coats dan prime coat. Jika tidak, ungkapnya, maka pembangunan jalan itu patut dipertanyakan.

“Pengaspalan hotmix tidak bisa lepas dari item pekerjaan lapis perekat atau tack coats, yaitu lapisan yang diletakan di bagian atas aspal atau lapisan beton, dan lapis resap pengikat prime coat yang diletakan di bagian atas pondasi agregrat. Kalau dua item pekerjaan lapis perekat atau tack coats, lapisan yang diletakan di bagian atas aspal atau lapisan beton, dan lapis resap pengikat prime coat yang diletakan di bagian atas pondasi agregrat tidak diadakan atau dilaksanakan, maka pekerjaan tersebut sulit untuk berbicara kualitas atau mutu pekerjaan, sebab kedua item ini jelas ada dalam RAB,” katanya.

Gaparuddin kembali mengatakan, kalau pengerjaan jalan mengabaikan lapis perekat dan lapis resap pengikat ini dipakai dalam proyek pembuatan jalan, maka sudah dipastikan pelaksananya tidak mengutamakan kualitas dan mutu pekerjaan, pemasangan lapis resap pengikat (prime coat) dan lapis pengikat (tack coat) dilakukan bila permukaan lama sudah dibersihkan, memakai alat kompresor atau sikat mekanik hingga tekstur perkerasan yang lama bisa terlihat dengan jelas dan kedua atem ini harus dilaksanakan.

Sebab antara lapis perekat dan resap pengikat punya perbedaan atau perbandingan yang cukup kentara. Lapis perekat fungsinya sebagai pemberi daya ikat antara lapisan lama dengan lapisan yang baru. Tempat untuk memasangnya ada di bagian permukaan aspal atau beton yang kondisinya dalam keadaan bersih dan kering.

Sementara untuk bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah aspal emulsi yang punya sifat mudah menyerap atau aspal keras yang dicairkan menggunakan minyak dengan komposisi 25 hingga 30 berbanding 100. Untuk setiap satu meter perseginya dibutuhkan sekitar 0,15 hingga 0,50 liter.

“Waktu peletakan atau penghamparan pada lapis perekat ini ada dua cara. Yang pertama adalah waktu proses pengeringan sedang berlangsung. Sedang cara kedua yaitu menunggu lebih dulu sampai pengeringan lapis perekat selesai, baru kemudian dilakukan penghamparan campuran aspal. metode yang pertamalah yang lebih sering digunakan,” ujarnya.

Lebih Lanjut Gaparuddin mengatakan, lapis resap pengikat, bahan yang dipakai untuk membuatnya yaitu aspal pen 80/100 atau pen 60/70 dan dicairkan menggunakan minyak. Untuk lapisan pondasi jalan kelas A setiap satu meter perseginya membutuhkan sekitar 0,4 hingga 1,3 liter.

“Sedangkan pondasi tanah semen membutuhkan antara 0,2 hingga 1 liter untuk setiap satu meter persegi, artinya betapa pentingnya lapisan resap pengikat dan lapis pengikat,” jelasnya kembali.

Gaparuddin kembali menyampaikan, bahwa dilapangan, pada saat kontraktor melakukan pengaspalan. yang namanya Pengawas baik dari konsultan atau dari Balai Besar Jalan Nasional Kemen PU PR dan PPTK nya jarang menampakkan dirinya di lapangan.

“Atau hanya pada saat pekerjaan sudah dinyatakan selesai 100 persen baru yang namanya Tim PHO turun dan yang turun kelapangan memeriksa pekerjaan tersebut,” ulasnya.

Gaparuddin selaku Pemerhati pembangunan, mengharapkan kepada para kontraktor, agar dapat mengedepankan kualitas dan mutunya, sangat disayangKan, dana miliaran terbuang dalam waktu setahun jalannya sudah hancur lagi. abd

Tinggalkan Balasan