Pedagang Mengeluh, Pengelola Pasar Beringkit Berulah

oleh -481 views
oleh
BALI, HR – Sekitar 141 pedagang Pasar Beringkit yang menempati lantai 3, hanya bisa pasrah. Hal ini lantaran biaya pembangunan dan pemasangan atap dibebankan kepada para pedagang oleh pihak pengelola Pasar,selain sewa tanah dan iuran bulanan.
I Nyoman Gede Buana.SP
Para pedagang sendiri mengaku, keputusan yang ambil oleh pengelola pasar, tanpa memikirkan nasib mereka. Apalagi kondisi pasaran yang tidak menentu. System Swadaya yang di berlakukan oleh pihak PD.Pasar Beringkit,yang menggunakan biaya sendiri dari para pedagang untuk membangun atap tambahan, oleh sebagian pedagang sempat mengusulkan agar di tanggung sendiri oleh para pedagang, sempat di tolak oleh pihak PD.Pasar.
Tentu hal ini sangat di sayangkan oleh para pedagang yang nota bene sudah kena iuran. Mulai dari biaya parkir maupun retribusi barang masuk area pasar. Khusus bagi para pedagang yang menempati tanah, bukan los maupun kios. Pihak pengelola pasar sudah mematok biaya pemasangan atap yang cukup tinggi, yaitu antara Rp. 2,8 juta. Bahkan ada yang lebih tinggi, tergantung dari luasnya lahan yang mereka tempati.
Dari penuturan pak Agus, salah seorang pedagang pakaian jadi di lantai III, beberapa waktu lalu di pasar Beringkit mengaku sangat berat dengan biaya yang di bebankan kepada mereka, apalagi kondisi pasar yang agak gelap karena kurangnya lampu penerangan.
“Dulu kami sempat mengusulkan kepada pihak Pengelola Pasar,untuk biaya pembuatan atap tambahan,biar ti tanggung oleh masing-masing pedagang,tapi di tolak,” jelas Agus, seorang pedagang di lantai III.
Di tambahkan juga oleh pria yang menempati dua petak tanah ini, opsi pembuatan atap yang di usulkan oleh mereka,agar tidak ada kecemburuan di antara para pedagang.
“Kami ingin tahu,berapa biaya yang kami habiskan untuk membelian seng maupun serta material lainnya, tetapi pihak pasar tetap menyarankan agar masing-masing pedagang mengikuti aturan yang di buat oleh mereka,” jelas Agus.
Pria yang telah sekian tahun berjualan di Pasar terbesar di Kabupaten Badung, mengatakan semua proses di serahkan ke pihak pengelola pasar, para pedagang hanya membayar iuran tiap bulan melalui Koperasi Pasar.
“Kami hanya membayar kepada pihak Koperasi Pasar,karena pihak Pasar sudah mengurus semuanya, ya…kami tinggal bayar saja,sedangkan uangnya langsung di serahkan kepada pihak pengelola pasar,” beber Agus.
Dihubungi terpisah, Kepala PD Pasar Beringkit. I Nyoman Gede Buana.SP pada HR di kantornya mengaku semua sudah sesuai mekanisme.
“Sebelum kami membangun,kita sudah mengumumkan kepada para pedagang yang khusus menampati tanah, bukan los atau kios, dan ini sudah kami sepakati bersama, kalau ada yang komplaint saat ini, itu cuman sebagian saja,” tegas I Nyoman Gede Buana.
Disinggung masalah fasilitas yang ada di Pasar Beringkit, I Nyoman Gede Buana mengakui kalau masih banyak yang perlu di lakukan pembenahan. Terutama fasilitas tadi, seperti toilet maupun lampu penerangan pasar yang sudah banyak mati.
Dia pun berjanji akan melakukan perbaikan. Sayangnya karena bentuk bangunan yang agak tinggi,pihaknya agak kesulitan melakukan perbaikan,terutama masalah lampu. Hal demikian dengan toilet yang sudah banyak rusak. Di tambahkan juga oleh Buana, Dana Swadaya yang dipungut dari para pedagang, totalnya mencapai Rp. 222.904.875,00
Yang jelas dana tadi memang kami peruntukan untuk pembuatan bangunan tambahan, berupa atap yang ada di wilayah tanah tadi. Biar para pedagang tidak kehujanan di saat musim hujan, dan tidak kepanasan kalau musim kemarau,” beber pria yang mengaku gajinya masih di bawa UMR Badung. ans

Tinggalkan Balasan