Minim Penerangan Jembatan Tanjung Menanti Jadi Sarang Mesum

oleh -472 views
oleh
BUNGO, HR – Tidak bisa kita pungkiri Jembatan Tanjung yang memiliki multi fungsi. Jembatan ini merupakan sarana penghubung dari berbagai desa di Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Pelepat dan desa lain, yang terakses keruas jalan Lintas Jambi dan jalan Lintas Sumatera, baik arah Padang (Sumbar) maupun arah Jakarta. Jika dilihat dari sisi keindahan. Jembatan yang membentangi sungai Batang Tebo ini memiliki panorama indah, terlebih saat di sore hari jelang Magrib. Sehingga tidak heran lagi bila jelang Magrib pasangan muda –mudi nangkring (duduk) di atas jembatan tersebut.
Namun sangat disayangkan akibat jembatan yang juga menjadi objek rekreasi ini sangat minim penerangan. Akibatnya jembatan ini dijadikan sarana tempat berpacaran oleh mudah-mudi yang sedang di mabuk asmara hingga larut malam.
Mantan Bupati Bungo dua periode, H. Zulfikar Achmad yang juga di kenal sebagai bapak penerobos pembangunan yang memiliki ide brilian mengatakan “Jembatan Tanjung Menanti Adalah Jembatan Cinta, karena di atas jembatan ini lah tempat pertemuan pasangan muda-mudi,” katanya.
Hal ini dikatakan H. Zulfikar Achmad yang kini anggota DPR-RI saat pertemuan silaturahmi dengan Masyarakat Sungai Arang Kecamatan Bungo Dani baru-baru ini.
Meskipun terkesan berseloro namun apa yang dikatakannya, yang di sapa Bang Zul ini memiliki makna sangat dalam. Dengan perkataan itu, artinya ia telah mewarning pemerintah daerah yang mesti tanggap dengan hal-hal yang berdampak negatif.
“Saya sudah sampaikan kepada Kepala Dinas PU Kabupaten Bungo, Azwir agar segera mungkin pasang lampu untuk penerangan jembatan Tanjung Menanti, jika tidak keindahan akan merusak moral muda-mudi,“ tegas pria yang tidak pernah neko-neko dengan tempat-tempat yang berbau maksiat tersebut.
Selama 10 tahun saya, dimana di saat masyarakat sedang nyenyak tidur, saya selalu memikirkan bagaimana Kabupaten Bungo ini bisa maju. Justru itu lah tempat–tempat berbau maksiat seperti warung remang-remang, caffe plus dan panti-panti pijat di zaman saya jadi bupati tidak beroperasi. Saya sering merazia tempat –tempat tersebut bersama aparat kepolisian dan TNI ,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu pria yang di kenal tegas ini menceritakan suka dukanya saat beliau membangun Bandara Muara Bungo, Rumah Sakit umum dan lainnya. “Yang saya dengar saat itu hanya cemoohan dan cibiran dari mereka yang tidak suka dengan gaya kepemimpinan saya. Bahkan beberapa orang oknum legislatif pun tidak mendukung program saya membangun Bandara tersebut ,” jelasnya.
Coba kita perhatikan premanisme yang dulu sangat ditakuti oleh masyarakat semasa saya, saya panggil dan saya arahkan serta saya pekerjakan mereka kejalan yang benar. Jadi Pemimpin Itu yang diutamakan adalah keberanian, berani menerobos dan menarik investor. Berani berkata jujur dan berani bersikap dan bertindak bijaksana dan tegas,” imbuhnya lagi. ■ daus/war

Tinggalkan Balasan