DPK3 Majalengka Bentuk Posko Penanggulangan Kekeringan

oleh -15 Dilihat
oleh

MAJALENGKA, HR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka, memperkuat mitigasi bencana dan ketahanan pangan dalam menghadapi ancaman kekeringan yang mengintai pada musim kemarau. Selain itu Pemkab Majalengka telah menetapkan masa siaga darurat ancaman bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan.

Hal tersebut disampaikan dalam acara Majalengka Berbicara (MABAR) yang di adakan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskomimfo) Kabupaten Majalengka, Selasa (13/08/24) di Gedung Yudha Karya Pemda Majalengka.

MABAR episode VII mengambil tema “Ancaman kekeringan mengintai Pemkab Majalengka perkuat mitigasi bencana dan ketahanan pangan” dengan narasumber dari BMKG , BPBD dan DKP3.

Kepala Bidang Ketahanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan Pertanain dan Perikanan (DKP3) H. Ence mengatakan, untuk atnisipasi kekeringan maka dibentuk posko penanggulangan kekeringan.

Menurut H. Ence, posko tersebut turut melibatkan stakeholder terkait dari mulai penyuluh pertanian, BPBD, dan lainnya. Pihaknya juga menyebar tim khusus di 26 kecamatan se-Kabupaten Majalengka untuk memperkuat ketahanan pangan selama musim kemarau.

“Posko dan tim ini disiapkan untuk memonitor penggunaan air embung yang menjadi sumber utama dalam pengairan areal persawahan di Kabupaten Majalengka. Sehingga air embung tersebut digunakan seefektif mungkin untuk kebutuhan pertanian,” katanya.

Ia mengatakan, selain memaksimalkan penggunaan embung untuk kebutuhan areal persawahan, DKP3 Kabupaten Majalengka juga menyalurkan 107 unit pompa air kepada para petani. Pompa tersebut digunakan untuk menyedot air embung maupun sungai ke areal pertanian.

Bahkan, pihaknya juga telah mengajukan permohonan tambahan bantuan pompa air sebanyak 543 unit ke Kementerian Pertanian (Kementan) RI untuk mencapai standar aman ketahanan pangan dalam mengantisipasi kekeringan. Selain itu, DKP3 Kabupaten Majalengka juga mencatat hingga Juli 2024 sebanyak 1098 hektare lahan mengalami kekeringan.

“Pada 2023, lahan pertanian di Kabupaten Majalengka yang mengalami kekeringan mencapai 1196 hektare, sehingga tahun ini ada penurunan sekitar 98 hektare. Untuk pompa juga apabila jarak sumber airnya dari areal persawahan agak jauh disiapkan yang berkapasitas besar sehingga lebih maksimal untuk mengairi tanaman,” ujarnya.

Sementara itu, Plt Kalak BPBD Majalengka, Rachmat Kartono menyampaikan, Pemkab Majalengka telah menetapkan masa siaga darurat ancaman bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Majalengka nomor 100.3.3.2/KEP.670-BPB/2024 tentang Status Siaga Darurat Ancaman Bencana Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2024.

Masa siaga ancaman bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan sesuai SK yang ditandatangani Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi, tersebut ditetapkan mulai 1 Juni hingga 31 Oktober 2024. Bahkan, status siaga darurat itu dapat diperpanjang atau diperpendek, bahkan dinaikkan statusnya sesuai kebutuhan penyelenggaraan penanganan darurat bencana di lapangan.

“Kami juga menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi potensi bencana selama musim kemarau di Kabupaten Majalengka. Langkahnya terdiri dari tiga fase dari mulai fase siaga darurat, fase tanggap darurat, dan fase pemulihan,” ungkapnya.

Dalam fase siaga darurat, BPBD Majalengka memetakan daerah rawan kekeringan kemudian menginformasikan hingga mengedukasi masyarakat du wilayah rawan tersebut terkait bahaya kekeringan, dan turut memetakan sumber daya di Kabupaten Majalengka.

Selain itu, di fase tanggap darurat BPBD Majalengka akan mendistribusikan bantuan air bersih kepada masyarakat di wilayah terdampak kekeringan, dan termasuk memanfaatkan serta memperbaiki sarana prasarananya. Di fase pemulihan, pihaknya akan memetakan sumber mata air dan muka air tanah hingga membangun sistem penyediaan air minum.

“Dari pemantauan kami, masa puncak musim kemarau di wilayah Kabupaten Majalengka terjadi pada Juli – Agustus 2024. Sehingga saat ini merupakan masa puncak musim kemarau, tetapi kami memprediksi dampaknya tidak separah tahun lalu,” kata Prakirawan BMKG Kertajati, M. Syifa’ul Fuad.

Prediksi tersebut dipengaruhi fenomena La Nina, sehingga musim kemarau tahun ini cenderung menjadi kemarau basah karena dipengaruhi curah hujan yang masih turun meski intesitasnya tergolong rendah. Sementara pada musim kemarau tahun lalu turut dipengaruhi fenomena El Nino sehingga dampaknya cukup parah.

“Saat ini, pengaruh La Nina memang tergolong lemah, tapi tetap berpengaruh terhadap musim kemarau. Bahkan, dampak La Nina ini diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2024 yang merupakan masa pancaroba ke musim hujan. Sehingga kami memprediksi La Nina akan memberikan dampak saat musim hujan meski fenomenanya lemah,” pungkasnya. •lintong

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.