Berubah Pola ASI Ekslusif, Dinkes Ciamis Gelar Workshop PMBB

oleh -19 Dilihat
oleh
CIAMIS, HR – Dilatar belakangi pentingnya peningkatan pengetahuan dan sekill petugas gizi, lantaran terjadi pergeseran pemberian Asi Ekslusif yang tadinya hanya 4 bulan menjadi 6 bulan.
Peserta di dalam workshop
Maka 37 petugas Gizi yang bertugas pada 27 Puskesmas se- Kabupaten Ciamis, dan 1 orang dari kedinasan, akhir bulan Mei 2017 mengikuti kegiatan Workshop Pemberian Makanan Bayi dan Balita (PMBB) pada petugas Gizi, terbagi 2 gerlombang yang masing-masing digelar 2 hari dengan 19 orang peserta.
Dalam workshop itu disampaikan materi tentang Asi Eklusif, yaitu petugas harus tahu saat yang terjadi bagi ibu menyusui akan penyebab gagalnya/pengguguran pemberian 6 bulan Asi Eklusif, cara pemberian asi yang aman baik bagi ibu menyusui maupun bayi hingga bisa optimal, seperti apa makanan kental itu dan bagaimana nutrisinya, peraktek konseling, dengan metode workshop teori, peraktek, rolllplay dan diskusi.
“Kami dari pengelola perogram gizi menganggap penting diadakan workshop,” ujar Pengelola Perogram Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, Tina Pebriantina kepada HR usai gelar Workshop.
Menurutnya sekarang pemberian Asi Ekslusif pada bayi hingga usia bayi 6 bulan bergeser dari semula yang hanya hingga 4 bulan. Maka secara otomatis pemberian makanan pada bayi dan balita berbeda, dan ada TMDA yang direkomensadikan Kementrian Kesehatan, yaitu pemberian asi saja hingga usia bayi 6 bulan lalu diteruskan hingga usia 2 tahun.
Lebih lanjut Tina menjelaskan, hal tersebut berdasar data hasil penyisiran ada kasus gizi buruk, gizi kurang pada bayi dan balita tetap ada di Ciamis, padahal Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan sosialisasi telah dilaksanakan bekerjasama lintas perogram oleh promosi kesehatan, petugas kesehatan, puskesmas, bidan, para kader kesehatan.
“Namun masalah tidak cukup dengan sosialisai, kita juga harus memberikan ilmu kepada teman-teman dalam pemberiannya. Barangkali masih berorientasi pada asi eklusif 4 bulan, itu ternyata pemikiran pemberian makanan bayi setelah asi harus encer. Sebetulnya bila encer nutrisinya kurang, jadi sedikit yang dimakan. Untuk sekarang asi ekslusif 6 bulan harus kental, cuman teknis yang berbeda,”ungkap Tina.
Sementara itu Kabid Binkesmas, Casuli menegaskan, Dinkes Ciamis di bidang kesehatan masyarakat punya komitmen yang kuat untuk terus melakukan inovasi, memperbaiki pola-pola intervensi yang selama ini mungkin belum sempurna.
“Kehadiran teman – teman dari 37 puskesmas dan 1 dari kedinasan dalam workshop itu menjadi bagian penting kedepan agar mampu memberikan pola intervensi atas dasar masalah yang dihadapi,”ujar Casuli.
Ia melanjutnya, jadi kenapa belajar akar masalah, pohon masalah, seperti kemiskinan dan rendahnya pendidikan sebagai masalah utama ketidak tahuan masyarakat tentang pentingnya asupan makanan buat anak, kemudian harus bagaimana mendapatkan solusinya. Atas dasar itu pula masalah yang mungkin terjadi dikemas dalam workshop dengan teori dan praktek. “Selanjutnya kami dari dinas akan melakukan folow up ke lapangan pasca workshop,” katanya Casuli.
Baik Casuli maupun Tina berharap dari kegiatan tesebut dari sisi petugas menghasilkan petugas memiliki peningkatan keterampilan, dan dari sisi perogres bisa berkontribusi positif dalam penurunan dan penangan kasus gizi buruk, hingga Ciamis khususnya terlepas dari kasus gizi buruk.
“Upaya prefentive menjadi lebih penting dengan peningkatan daya tahan, melakukan upaya promosi keluarga sehat yang merupakan tugas dan kewajiban multi sektor, yaitu ada peran dinas-dinas tertkait. Dinkes bukan satu-satunya dinas yang menangani masalah ini, karena gizi buruk masah multidimensional, tetapi seluruh komponen yang ada di Ciamis khususnya, bisa ikut terlibat,” paparnya.
Gizi buruk bukanlah kewajiban Dinas kesehatan semata, dimana angka kasus gizi buruk teregister 135 kasus periode akhir Desember 2016 mengerucut dari angka teregistrasi periode sebelumnya dengan angka kesuksesan lebih 70%,” imbuh Casuli, sembari berharap sesuai amanat Presiden RI, dimana peran lintas sektoral dan perogram sangat besar dalam mendukung menekan kasus gizi buruk pada bayi dan balita. deden/abraham


(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.