Bantu Ekonomi Suami, Ibu-Ibu Ini Buat

oleh -974 views
oleh

MAROS, HR – Di era yang penuh dengan tuntutan kebutuhan ini, seorang istri tidak bisa hanya sekedar mengurus rumah tangga saja. Apalagi terkadang penghasilan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena itu ibu rumah tangga harus kreatif untuk membantu suaminya.

Ada banyak cara yang bisa di lakukan, misalnya kerja kantoran, guru, dosen atau pengusaha. Tapi ada juga yang bisa di lakukan di rumah tanpa harus meninggalkan kewajiban sebagai ibu dan istri.

Hajrah, mentor tas rajuk

Hal inilah yang mendorong sekelompok ibu-ibu di Dusun Bombongi, Desa Tenrigangkae, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros untuk membantu ekonomi keluarga mereka.

Mereka membentuk kelompok yang diberi nama Komunitas Rajut Bombongi (KRB). Kelompok ini membuat berbagai jenis kerajinan tangan diantaranya tas pesta, ransel, bros, dompet dan gantungan kunci. 99% bahannya dari tali kur.

Saat ini KRB memiliki 17 anggota, semua anggotanya adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Sehingga menjadi pengrajin tali kur menjadi pilihan untuk tetap berpenghasilan.

Penggagas KRB, Hajrah memulai usaha kerajinan tangan berbahan dasar tali kur ini sudah setahun silam. Sementara KRB di bentuknya baru sekitar 3 bulan lalu, Ia membimbing sendiri semua anggotanya.

Hajrah mengatakan Kelompok ini bisa memproduksi 5 hingga 10 tas rajut dalam sehari, tergantung ukuran dan motifnya.

“Kalau banyak pesanan biasanya kami selesaikan 5 sampai 10 tas dalam sehari, tergantung ukuran dan motifnya. Yah kalau ukuran besar dan motifnya susah biasanya selesai 5, tapi kalau agak kecil dan motifnya simpel bisa sampai 10”, terangnya.

“Kalau pesanan lancar, untung yang kami dapat cukuplah untuk uang jajan anak-anak”, imbuhnya..

Namun Hajrah mengakui banyak kendala yang di alaminya dalam membina kelompoknya itu, salah satunya adalah keterbatasan modal.

“Kendalanya adalah keterbatasan modal, sehingga kami tidak bisa melakukan pengembangan. Juga minimnya akses pemasaran, sehingga pesanan biasanya hanya berasal dari keluarga atau teman facebook saja”, ungkap ibu yang bergelar sarjana pendidikan ini.

Saat ditanyai nama brandnya, Hajrah mengakui bahwa kelompoknya belum memiliki brand sendiri, sehingga produk  yang di hasilkan belum dikenal dan diminati khalayak luas.

“Jujur kami belum punya brand sendiri, tapi saya sudah siapkan nama yang akan kami pakai nantinya ketika kami memiliki cukup modal”, katanya.

Hajrah berharap ada pihak yang mau membantu modal, sehingga Ia dan kelompoknya bisa melakukan pengembangan.

“Kami berharap ada bantuan modal dari pemerintah atau bantuan CSR dari perusahaan, sehingga kami bisa melakukan pengembangan model, kualitas bahan, motif, jenis produk, pilihan warna hingga brand”, tutunya.

Jika memungkinkan kami akan buka toko oleh-oleh khusus kerajinan tangan berbahan dasar tali kur. Ini bisa jadi ikon Kabupaten Maros”, rencana ibu satu anak ini.

Walau bergelar sarjana pendidikan, menurutnya lebih memilih untuk tidak mengajar, karena ingin fokus mendidik anaknya.

“Iya betul saya sarjana pendidikan, tapi saya tidak ngajar. Saya memilih tinggal dirumah mengurus anak sambil bikin tas, bagi saya menyaksikan perkembangan anak adalah yang terpenting”, pungkasnya. Hamzan

Tinggalkan Balasan