Ingatkan Pemuda Jangan Abai Terhadap Persoalan Bangsa

oleh -12 Dilihat
oleh
JAKARTA, HR – Robert Ell Umam. Alumni UIN Jakarta, aktivis PMII ini menyebut generasi muda sekarang sebagai mayoritas hedonis. Abai terhadap persoalan bangsa, dan tidak memiliki ideologi perjuangan yang jelas. Celakanya, target mereka umumnya jangka pendek, yakni bisa masuk ke pusaran politik. Sebagai politisi, terlibat penggarongan uang rakyat. Dan yang lebih mengenaskan, setiap mereka datang, selalu disambut dan disanjung oleh para yuniornya.Sementara, aktivis yang militan, idealis, dan tidak punya uang, cenderung terpinggirkan.
Roso, Daras, Robet Ell Umam,
dan moderator Sunarto
“Ini fakta sekaligus pengalaman. Saya bersaksi di sini, bahwa keterpurukan mental generasi muda yang dikader melalui organisasi-organisasi kampus, terjadi karena keteladanan yang buruk”ungkapnya dalam diskusi bertema “Relevansi Pemikiran Soekarno terhadap Generasi Muda” di Rumah Kedaulatan Rakyat (RKR) di Jalan Guntur 49, Setiabudi, Jakarta Selatan,Selasa (13/9/2016). Diskusi digelar dalam rangka konsolidasi gerakan.RKR menghadirkan dua narasumber: Robert Ell Umam (aktivis, eksponen PMII) dan Roso Daras (Sukarnois, Pendiri Yayasan Aku dan Sukarno). Bertindak selaku moderator, aktivis Sunarto.
Sedangkan Roso Daras menyampaikan, sejarah gerakan kepemudaan pra kemedekaan, kiprah perjuangan Sukarno dan potret gerakan pemuda pasca 1965. “Jika kita memotret gerakan kepemudaan era pra kemerdekaan, siapa pun harus kagum. Setidaknya kagum atas kapasitas para tokoh pergerakan yang mampu mengguncang dunia dalam usia yang masih sangat belia,”kata mantan wartawan Jawa Pos itu.
Bagaimana dengan Bung Karno? Usia 15 tahun, ia sudah aktif menulis di Oetoesan Hindia milik Sarekat Islam pimpinan HOS Cokroaminoto. DI Gang Peneleh Surabaya pula, Bung Karno muda terlibat dalam pendirian organisasi Tri Koro Darmo. Usia dua puluhan, Bung Karno mendirikan PNI pada 4 Juli 1927 di Bandung. Ketika itu, ia baru lulus kuliah berusia 26 tahun. Rekannya, Gatot Mangkupraja (29), Maskun Suriadiredja (20).
“Apa yang bisa kita tarik pelajaran dari catatan-catatan itu? Bahwa generasi muda adalah motor perubahan. Sejarah sudah membuktikan itu. Termasuk pemuda-pemuda aktivis pra kemedekaan seperti Amir Sjarifudin, Sjahrir, Tan Malaka, Adam Malik, Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, dan lain sebagainya. Ada kelompok Menteng 31, Kelompok Geraf, gerakan anti-fasis, dan lain-lain,” papar Roso, seraya melempar tanya, “bagaimana dengan pemuda sekarang ?
Perlu diketahui RKR dikenal sebagai rumah pergerakan. Di tempat ini, aktivis gerakan kepemudaan acap kumpul dan melambungkan gagasan-gagasan perjuangan. Inilah yang disebut koordinator RKR, Isti Nugroho sebagai “rumah konsolidasi pemuda”. “Konsolidasi kami lakukan melalui jalur pendidikan dan gerakan,ucap Isti. amigo






(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.