TAKALAR, HR – Takalar mempunyai modal sosial, budaya dan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan yang melimpah tersebut seharusnya bisa dioptimalkan dan dikelola dengan baik, dan yang tidak kalah penting adalah dengan membentengi Daerah ini dari perilaku negatif agar nikmat yang diberikan Tuhan tersebut tidak rusak dan Hilang.
Hati terhentak ketika melihat dan mendengar berbagai fakta yang tidak menarik yang menghiasai sudut-audit Kota dan Luput dari Pantauan Publik maupun Pemerintah Daerah, kondisi seperti ini tentu akan menghiasi media massa ditanah air yang Fungsinya tentu sebagai wadah penyeimbang, kontrol sosial agar nilai-nilai kearifan Lokal Daerah yang dikenal Dengan Pahlawan Nasionalnya Ranggong Daeng Romo dan Padjonga Daeng Ngalle ini tetap terjaga, lihatlah ketika nama besar tokoh yang pernah menjadi orang nomor satu ditakalar ini (Makkatang Dg. Sibali, 1964-1967) Menjadi Ikon Alun-alun Kota Takalar.
Mega Proyek Alun-alun kota Takalar yang dirintis diera Pemerintahan Bupati Visioner H Burhanuddin Baharuddin ini seketika Pudar akibat tidak Jelinya Pemkab Takalar dan Jajarannya dibawah Kendali Bupati Samsari Kitta dalam memamfaatkan Anggaran Pemeliharaan yang bersumber dari Uang Rakyat ini.
Ikon Kota yang mewakili Nama Besar seorang Tokoh dari Lembaga Adat Karaeng Polong bangkeng ini menjadi bukti betapa tidak Pedulinya Pemerintah Daerah menjaga Nilai-nilai kearifan Lokal Daerah ini.
Area yang Melibatkan Tiga OPD, diantaranya DISPORA, PUPR dan DISPENDA ini seolah tak berkutik dan tidak mampu melaksanakan Tupoksinya dibawah kendali Samsari Kitta sehingga Publik pun angkat bicara terkait tumpang Tindihnya kebijakan Pemerintah yang terkesan mengabaikan Area Ruang Publik Kota Takalar ini.
Salah satu penggiat Budaya di Kabupaten Takalar yang minta jati dirinya tidak masukkan dulu dalam berita ini mengatakan dengan di angkatnya nama Makkatang Daeng Sibali di abadikan sebagai nama Taman Kota adalah satu penghargaan sebagai Mantan Bupati Takalar sekaligus adalah pewaris Pahlawan Karaeng Polongbangkeng, namun sangat di sayangkan Nama yang dipasang di taman kota tersebut sudah tidak lengkap huruf hurufnya sehingga kalau orang lewat yang membacanya sudah tidak utuh lagi yang menjadi persoalan adalah kemana anggaran pemeliharaan taman selama ini kenapa sampai di biarkan taman kota itu terkesan mana urus. natsir tarang