NATUNA, HR – Kebijakan pemerintah untuk memperkuat sektor pertahanan dan keamanan di daerah perbatasan dan terdepan bukan isapan jempol belaka.
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan pembangunan bertahap sektor pertahanan di Natuna yang notabenenya sebagai daerah terdepan dan terluar NKRI.
Di bidang pertahanan udara, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan Republik Indonesia telah mengalokasikan dana cukup besar untuk pengadaan dan pembelian MALE (Medium Alkicut Long Renge) untuk UAV (Unmaned Aereal Vahicle) atau skadron pesawat tanpa awak.
Hal tersebut disampaikan Komandan Lanud Raden Sadjad (RSA) Natuna, Kolonel Pnb Azhar Aditama, kepada sejumlah awak media, Selasa siang (06/03/2018), di ruang VIV Bandara Lanud RSA.
Dengan anggaran fantastis itu, Lanud RSA Natuna akan dilengkapi dengan Skadron pesawat tanpa awak yang bisa memantau setiap saat wilayah teritorial Natuna yang merupakan daerah garis depan.
“Nanti di sebelah hanggar ujung sana akan dibangun Skadron UAV untuk pengoperasian pesawat tanpa awak di Lanud RSA Natuna,” terang Danlanud.
Rencananya, ada empat unit pesawat jenis nirawak akan ditempatkan serta dioperasikan setelah Skadron rampung dibangun.
Lebih jauh Danlanud menerangkan, saat ini telah dilakukan pelatihan para crew diluar negeri. Pesawat tanpa awak yang akan ditempatkan di Skadron Lanud RSA nanti, merupakan jenis besar dan dapat menjelajah selama 36 jam.
“Nanti skadronnya di sini, ada empat unit pesawat tanpa awak yang akan stand by. Saat ini dalam tahap pembangunan. Setelah skadronnya siap dibangun maka satuan yang kini masih ada di Pontianak akan pindah ke sini,” papar Danlanud.
Dikatakan Danlanud, keberadaan skadron pesawat tanpa awak di Natuna, selain untuk mendukung sistem pertahanan juga bertujuan terlaksananya nawacita Presiden Jokowi dalam menyukseskan program poros maritim dunia di Natuna.
“Selain untuk alutsista pertahanan, kehadiran skadron pesawat tanpa awak juga untuk mendukung operasi terbentuknya poros maritim yang dicanangkan oleh Pak Presiden,” ujarnya.
“Misalnya untuk melakukan identifikasi secara lebih cepat ancaman kapal asing yang berada di garis depan sana. Kita bisa gunakan pesawat tanpa awak dan pesawat tempur. Sebab jika menggunakan pesawat Boing kita khawatir bisa ditembak musuh,” ujarnya.
Di sisi lain, tidak tertutup kemungkinan dengan alokasi anggaran yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat, untuk mewujudkan poros maritim dunia, pesawat jenis Berief akan ditempatkan di Natuna.
“Pesawat jenis ini, bisa mendarat diatas air. Saat ini, Indonesia punya dua unit pesawat Berief suatu saat akan ditempatkan di Natuna untuk mendukung terwujudnya poros maritim dunia di Natuna,” tambah Danlanud.
Pesawat jenis ini biasanya akan dioperasikan bersama pihak kepolisian dan TNI -AL untuk penindakan pelanggaran – pelanggaran kedaulatan di laut. fian