BADUNG, HR – Kebhinekaan merupakan isu lama yang tidak kunjung pudar dibicarakan di Indonesia yang penuh dengan keberagaman, ditambah lagi dengan kasus kerusuhan Mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya menambah daftar panjang persoalan terkait dengan kebhinekaan.
Ikatan Mahasiswa Sosiologi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Udayana sejak sebelum munculnya kasus tersebut telah mempersiapkan acara yang membahas tentang kebhinekaan yakni Seminar Nasional Sosiologi 3.0 dengan tema “Kebhinekaan sebagai Kekuatan Bangsa : Urgensi dan Relevansinya”. Digelar pada Sabtu (14/09/2019) seminar ini justru terasa cukup dekat dengan isu yang masih hangat tersebut.
Dalam pembukaan, Wakil Dekan I FISIPOL Universitas Udayana, I Nengah Punia, menyampaikan di depan sekitar 200 orang mahasiswa yang hadir bahwa sebagai aktor intelektual, mahasiswa harus dapat menanggapi tiap isu yang ada dengan penguatan pokok pikiran, analisa, serta pengambilan kesimpulan yang objektif.
Penekanan ini dirasa tepat mengingat mahasiswa dekat dengan pergerakan yang tak jarang mengkritik maupun mengajukan usulan kepada pemerintahan yang sedang berkuasa. Peran mahasiswa ini tidak lepas dari 6 hal simpel yang harus dimiliki untuk menghadapi kompleksitas terkait kebhinekaan.
Dosen Universitas Hindu Indonesia, Ida Bagus Yudha Triguna menekankan 6 hal simpel ini sebagai fondasi menghadapi perbedaan agar tidak berujung perseteruan maupun kerusuhan.
Dalam buku “6 Simple Rules to Manage Complexity without Complicacy” disebutkan bahwa 6 hal tersebut adalah Menyiapkan kualitas pendidikan yang baik Menguasai keterampilan yang dimiliki dari softskill Memiliki kreativitas dan inovasi, Disiplin, Jujur, dan Rendah hati.” Terangnya.
Jika keenam hal tersebut telah dikelola dan dilaksanakan dengan baik, niscaya kebhinekaan dapat dihadapi dengan lebih lapang dada dan terbuka, sehingga dapat menghindari hal-hal yang tidak perlu terjadi seperti kesalahpahaman, persekusi, kerusuhan, maupun hal buruk lainnya.
Selain itu, mengingat saat ini kita berada pada kondisi dimana transfer informasi sangat mudah baik itu informasi yang akurat maupun tidak, maka kasus kebhinekaan menjadi sangat tergantung pada peran media dalam pemberitaannya.
Aiman Witjaksono menekankan dalam 30 menit sesi seminarnya, bahwa peran media yang sedemikian rupa membawa dampak bagi kerentanan sosial, dimana informasi yang akurat dan tidak akurat dapat bercampur dalam media internet sehingga kemudian para pembacalah yang dituntut untuk dapat berfikir cerdas dan tidak serta merta percaya pada pemberitaan yang dibaca.
“Oleh karena itu maka kita selalu menekankan cek dan ricek setiap informasi yang kita terima, utamanya sebelum kita memilih untuk ikut membagikannya, agar tidak terjadi perpecahan diantara kita NKRI dan tetap berpegang pada ideologi kita Pancasila.” Tutup Aiman. gina