JAKARTA, HR – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi selama 2016 sebesar Rp612,8 triliun. Capaian tersebut lebih tinggi ketimbang target yang ditetapkan BKPM sebesar Rp594,8 triliun. Selama 2016 lebih tinggi 3% dari target. Jika dibandingkan dengan capaian 2015 sebesar Rp545,4 triliun, realisasi investasi 2016 meningkat sebanyak 12,4%. Demikian diungkapkan Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis, Rabu (25/1/2017) di Gedung BKPM, Jakarta.
“Selama Januari hingga Desember (2016), realisasi investasi dari PMDN (penanaman modal dalam negeri) meningkat 20,5% menjadi Rp216,2 triliun,”katanya.
Sementara itu, lanjut Azhar, realisasi penanaman modal asing (PMA) selama Januari hingga Desember 2016 mencapai Rp396,6 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 8,4% jika dibandingkan dengan 2015.
Tiga besar negara penyumbang PMA di sepanjang 2016 lalu diduduki Singapura, dengan jumlah realisasi PMA US$9,18 triliun, disusul Jepang US$5,4 triliun dan Tiongkok US$2,24 triliun. “Tiongkok, realisasi investasinya di Indonesia lebih banyak dalam proyek smelter dan properti,” imbuh Azhar.
Menurutnya dari sisi penyerapan tenaga kerja, selama periode kuartal IV 2016, penyerapan tenaga kerja Indonesia (TKI) tercatat sebanyak 434.466 orang, terdiri dari tenaga kerja PMDN sebanyak 124.843 orang dan PMA sebanyak 309.623 orang.
Lebih jauh, kata Azhar, sepanjang 2016 tercatat realisasi investasi di luar Pulau Jawa mencapai Rp284,l triliun atau meningkat 14,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dari keseluruhan investasi, persentase penanaman modal di luar Pulau Jawa mencapai 46,4%. Sementara itu, investasi di Pulau Jawa yang mencapai Rp328,7 triliun masih mendominasi porsi 53,6% investasi.
Ketua BKPM, Thomas Lembong menyampaikan realisasi investasi di 2016 menunjukkan kinerja investasi tetap memperlihatkan geliat positif di tengah kondisi ekonomi global dan regional yang cukup sulit. Ia menilai Kinerja positif sepanjang tahun ini memberikan optimisme dan harapan baru terhadap iklim investasi di Indonesia.
“Menurut hemat saya, ini didorong program infrastruktur yang dicanangkan Presiden, cukup stimulatif terhadap investasi swasta yang mengejar proyek di luar Pulau Jawa,”kata Thomas.
Mengenai situasi politik yang dinilai dapat memengaruhi sentimen investor untuk berinvestasi di Indonesia. Menurut Thomas hal itu sebagai tantangan jangka pendek. “Jangan sampai kita kehilangan momentum dalam program reformasi ekonomi,” pesannya. igo
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});