Proyek Miliaran Rupiah Dikerjakan Asal Jadi
KLATEN, HR – Proyek Pembangunan Berkala Tanggul Bengawan Solo Hulu Kabupaten Sukoharjo di sepanjang aliran anak sungai Kali Dengkeng, tepatnya di wilayah Desa Pojok Kecamatan Sukoharjo, dikerjakan asal jadi.
Proses pengadukan manual
tanpa menggunakan molen.
|
Pasalnya, pembangunan tanggul tersebut dinilai tidak transparan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS) dan PT Prima Bangun Adidaya selaku penyedia jasa.
Ketika dikonfirmasi, pelaksana proyek terkesan saling lempar tanggung jawab. Selain pekerjaan amburadul, juga tidak pernah tampak pengawasan dari dinas terkait.
Menurut Sarwiji (65), salah saatu tokoh masyarakat setempat yang menyaksikan pelaksanaan pembangunan tanggul dari awal, mengatakan, bahwa pengerjaan proyek talud tersebut terkesan asal-asalan.
Hal itu terbukti dari awal tanpa menggunakan molen dan campuran adukan tanpa takaran, bahkan pondasi peletakan batu tidak digali melainkan pasangan hanya numpang diatas tanah. Tidak hanya itu saja, cor ring atas memakai batu pecahan sisa batu pasang.
“Lihat aja mas, kedalaman untuk pengecoran batu dasar tidak terlalu dalam, bahkan untuk pengadukan bahan jauh lebih banyak pasir dibanding semen dan tidak memakai molen dari awal, besi yang digunakan untuk tulang cor dipakai besi berkarat,” terang Sarwiji kepada wartawan di lokasi proyek, Kamis (3/8).
Lebih lanjut ia menjelaskan, hal lainnya dengan tidak adanya molen jelas akan mengurangi kekuatan bangunan, apalagi sungai tersebut sering kali banjir pada waktu musim penghujan. Warga setempat mengalami kesulitan menegur karena yang ada dilapangan hanya pekerja proyek. Warga sangat khawatir bangunan tersebut tidak bertahan lama. Selaku orang yang paling dekat dengan bibir sungai, Sarwiji menganggap BBWS sembrono menggunakan anggaran yang nilainya miliaran ini akan sia-sia.
Pihaknya juga menduga anggaran yang sudah diplot selain pihak Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) terindikasi mendapatkan kompensasi meski pemborong sudah memperoleh keuntungan, sehingga kondisi seperti ini digunakan untuk meraup keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya dengan tidak memperhatikan kwalitas bangunan.
“Kalau pengerjakan asal jadi seperti ini maka kami masyarakat yang dirugikan, apalagi tanggul ini diharapkan dapat mencegah banjir dan manfaat kedepan bisa lebih awet,” ungkapnya.
Terlepas dari itu, masyarakat meminta agar proyek pengerjaan tanggul di desanya dapat dievaluasi oleh kedinasan terkait. Warga juga mengkhawatirkan, jangan sampai anggaran yang diperuntukkan ke masyarakat tidak digunakan secara maksimal dan hanya untuk kedok pejabat bermain dengan anggaran yang tujuannya untuk memperkaya diri sendiri. Anehnya, selama proyek berlangsung, belum ada pihak BBWS yang cek lokasi, seakan ada pembiaran pihak pelaksana proyek melakukan penyimpangan.
Pekerja proyek yang tidak mau disebut namanya, mengaku pengerjaan proyek sesuai permintaan dari pihak pimpinan, baik material, kwalitas bangunan maupun spek semua atas perintah Boss. Pihaknya tidak tahu-menahu terkait nama proyek, volume maupun nilai anggaran pembangunan talud tersebut.
“Kalau kesepakatannya seperti itu maka pengerjaan kami juga lakukan seperti yang diminta mas, toh kami kan hanya tenaga saja, perkara anggaran proyek dan asalnya kami tidak tahu, proyek ini kami anggap sudah sesuai permintaan beliau (Pimpinan Proyek),” katanya.
Ketika awak media Harapan Rakyat bertandang ke kantor BBWS Solo, Pandu selaku Pejabat Pembuat Komitmen tidak mau dikonfirmasi terkait proyek tersebut. Pihaknya selalu menghindar dan tidak mau ditemui. Hingga berita ini diturunkan, belum pernah ada etika baik dari pihak PPK untuk memberikan keterangan.
Perlu diketahui, pembangunan proyek tanggul ini dengan nilai anggaran sebesar Rp 7 miliar lebih dari dana APBN tahun 2017, pengerjaannya sudah terlambat 2 bulan. ani sumadi
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});