PEKANBARU, HR – Kekerasan terhadap wartawan oleh oknum Dishub Pekanbaru tak kunjung P21.
Peristiwa kekerasan tersebut terjadi sekitar 2 bulan lalu, sewaktu Ansori hendak melakukan peliputan terhadap kinerja Kepala UPTD Parkir Dishub Kota Pekanbaru.
Memang malang nasib wartawan Merdeka News, Ansori bukannya memperoleh informasi dari satuan Dinas Perhubungan Pekanbaru, Sarwono malah emosi dan bersuara keras di ruang kerjanya.
Sontak saja tiga pegawai Dishub datang menghampiri, mengeroyok dan melakukan pemukulan terhadap Ansori, serta merobek koran Merdeka News, dan bahkan merobek baju yang dipakai Ansori yang bermerek Merdeka News.
“Dipegang aku, Bang. Ditariknya bajuku dan didepan mataku koranku di robek,” kata Ansori.
Lebih lanjut Ansori menegaskan, kalau pertemuannya dengan Sarwono (Kasubag Parkir) adalah berdasarkan arahan petugas piket.
Tidak terima dengan aksi premanisme yang dilakukan Sarwono dan rekan- rekan kerjanya, Ansori membuat laporan ke Polsek Limapuluh. Akan tetapi, hampir dua bulan Ansori belum mendapatkan keadilan dari Polsek Limapuluh Polresta Pekanbaru tersebut.
Kapolsek Limapuluh sewaktu dihubungi melalui pesan singkat, tidak memberi tanggapan. Kemudian Kanit Reskrim Polsek Limapuluh, Abdul Halim, yang baru 3 minggu menjabat, menegaskan, kalau laporan tersebut masih dalam pendalaman, dan pihaknya telah memanggil pihak terlapor.
“Sudah kita panggil, dan ini masih kita tindak lanjuti. Kita lurus-lurus aja,” kata Abdul Halim.
Dalam penjelasan singkatnya, Sarwono menegaskan kalau tidak benar pihaknya melakukan penganiayaan tersebut.
Pengamat hukum, Donny Widodo SH, menyayangkan lambatnya penanganan polisi terkait kasus tersebut. Seharusnya Polsek Limapuluh bertindak responsif atas penegakan hukum, terlebih atas apa yang dialami oleh Pers sebagai kontrol sosial. dar