PAGARALAM, HR – Peraturan Daerah (Perda) Kota Pagaralam, Sumatera Selatan no 7 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2012 – 2032 dinilai sudah tidak relevan lagi terhadap perkembangan yang terjadi baik ditingkat nasional dengan terbitnya Undang-undangan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, ditingkat provinsi dan Kota Pagaralam sendiri. Sehingga dari hasil peninjauan kembali, sudah layak untuk dilakukan revisi.
Demikian disampaikan Walikota Pagaralam Alpian Maskoni, SH melalui Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Dawam, SH dalam pembukaan paparan laporan antara revisi RTRW Kota Pagaralam Tahun 2022 – 2042 di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Pagaralam, Senin (5/12/22).
“Karena sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan pembangunan diKota Pagaralam, untuk itu RTRW Kota Pagaralam tahun 2012 – 2032 sudah harus dilakukan revisi agar dapat menjawab tantangan pembangunan kedepan,” jelas Asisten II, Dawam, SH.
Lebih lanjut Dawam menambahkan ada beberapa faktor yang melandasi Pemerintah Kota (Pemkot) Pagaralam melakukan revisi RTRW ini, diantaranya faktor eksternal dengan direvisinya RTRW Provinsi Sumatera Selatan dan juga dengan lahirnya Undang-undang Cipta Kerja tahun 2020.
Sementara yang paling penting adalah faktor internal, dimana dinamika perkembangan dan pertumbuhan Kota Pagaralam yang cukup pesat, membutuhkan rencana struktur dan pola ruang yang dapat menampung berbagai rencana kegiatan pembangunan. Belum lagi sengketa tapal batas dengan kabupaten/kota tetangga.
“Ada beberapa faktor yang melandasi kita melakukan revisi RTRW ini, yakni faktor eksternal dan internal. Faktor internal yang paling menonjol yakni pemanfaatan atau alih fungsi lahan sebagai akibat perubahan perimbangan dalam jumlah penduduk dengan luas lahan yang tersedia, batas wilayah yang kerap menjadi perdebatan dengan kabupaten/kota tetangga,” tambahnya.
Sementara itu, Imanda Pramana, ST selaku manager project revisi RTRW Kota Pagaralam dari PT. Sisarti Baksya Asasta menginventarisir bahwa nilai rata-rata keseluruhan Peninjuan Kembali RTRW Kota Pagaralam adalah 65,96. Bersasarkan Permen ATR No.6 Tahun 2017 tentang tata cara peninjauan kembali RTRW, jika nialai kurang dari 85 harus direvisi.
“Dan untuk RTRW Kota Pagaralam tahun 2012-2032 ada pada angka rata-rata 65,96 sehingga harus dilakukan revisi, tinggal nanti apakah Perdanya kita amandemen atau diganti,” papar Imanda.
Disinggung terkait waktu revisi yang sangat singkat, hingga 30 Desember 2022, Imanda yang notabene adalah ahli tata kota ini berjanji akan menuntaskan semua pekerjaan terkait RTRW Kota Pagaralam 2022 – 2042 hingga mendapat kepastian hukum, baik dari Kementerian ATR dan DPR. Apalagi dirinya didukung oleh tim ahli yang sudah berpengalaman dibidangnya. Sebut saja Gunawan Wibisana, MSP, MM, LRPS, PSA sebagai Ahli Perencanaan Wilayah dan kota, Ir. Iwan Ismaun, MT Ahli Rancang kota.
“Kami tidak mempermaslahkan tenggat waktu yang singkat ini, tim kami akan bekerja sepenuh hati dan akan memberikan hasil terbaik untuk Kota Pagaralam. Kami juga akan mengawal hingga tuntas, artinya sampai ada kepastian hukum dan Kota Pagaralam memiliki RTRW baru yang dapat mengakomodir semua kepentingan pembangunan,” kilah konsultan asal Jawa Barat yang juga mendalami bidang hukum ini.
Kepala Dinas PUPR Kota Pagaralam Yudianto. ST, MT melalui Kepala Bidang Tata ruang (Taru) Titi Merianti. ST mengatakan, RTRW Kota Pagaralam Tahun 2012-2032 ini memang sudah selayaknya direvisi untuk meningkatkan kualitas agar dapat menjawab tantangan pembangunan 20 tahun kedepan.
“Berdasarkan hasil Peninjauan Kembali sesuai amanat undang-undang memang RTRW kita sudah harus direvisi, agar dapat menjawab tantangan pembangunan 20 tahun kedepan, mohon dukungan, kritik, saran dan masukkan teman-teman pers,” pungkas Titi. jauhari gunawan