Pembangunan Ekonomi Perempuan Didominasi Industri Rumahan

oleh -619 views
oleh

BADUNG, HR – Perekonomian dalam ranah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 56% dan didominasi oleh penyerapan tenaga kerja untuk sektor UMKM sebesar 67% dimana 70% pelakunya adalah perempuan.

Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki peranan penting dalam kerangka perkembangan ekonomi secara keseluruhan.

Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Agustina Erni menegaskan peran perempuan dalam sektor ekonomi saat ini cukup kuat, namun masih kurangnya pengakuan dan akses bagi perempuan masih menjadi tantangan besar yang harus mereka hadapi salah satunya akses modal dan pelatihan keterampilan.

“Berbagai upaya terus dilakukan Kemen PPPA salah satunya dengan mengembangkan model atau proyek percontohan untuk mempercepat pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan Industri Rumahan (IR) sejak 2016.

Melalui pendekatan ini, Kemen PPPA berhasil memfasilitasi lebih dari 3.000 IR yang tersebar di 21 Kabupaten/Kota se-Indonesia.

Fokus utama dari pendekatan ini adalah untuk membangun kerja yang kuat dan sinergi pada pengembangan IR antara lembaga pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya,” ungkap Agustina Erni saat membuka Colombo Plan dengan tema “Sharing Best Practices on Women’s Economic Empowerment in Indonesia” di Bali (16/09/2019).

Selain itu, Agustin menegaskan bahwa pihaknya senantiasa menggandeng para stake holder baik dari pihak pemerintahan, swasta, maupun LSM dan NGO untuk senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi perempuan, salah satunya yakni Colombo Plan.

Direktur Urusan Gender Colombo Plan, Tooba Mayel menerangkan Colombo Plan merupakan organisasi regional yang bertujuan untuk memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial negara-negara anggotanya di kawasan Asia-Pasifik.

Fokus utama dari program Colombo Plan adalah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di negara-negara anggota di kawasan ini.

“Saat ini, Colombo Plan sudah memiliki 27 anggota mulai dari negara berkembang hingga negara maju. Tahun ini, tema yang diangkat adalah berbagi praktik terbaik dalam pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia. Tujuannya untuk memberikan pemahaman yang lebih banyak tentang pengalaman Indonesia dalam implementasi pemberdayaan ekonomi perempuan pada Negara yang tergabung dengan Colombo Plan. Besar harapan agar hasil dari pertemuan dan kunjungan lapangan kali ini dapat di implementasikan langsung di masing-masing negara dari perserta yang hadir,” tambah Mayel.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Bali, Luh Ayu Ariyani mengatakan sejak 2016 Kemen PPPA telah mengembangkan 21 Kabupaten/Kota sebagai daerah percontohan pengembangan Industri Rumahan (IR).

Salah satu lokasi praktik terbaik untuk pengembangan IR berada di Kabupaten Gianyar yang terletak di sebelah timur Provinsi Bali dan terkenal dengan julukan Kota Seni. Kesenian bagi masyarakat Gianyar telah mendarah daging karena sejak lahir mereka telah memiliki bakat seni yang lebih bervariasi dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Bali.

“Saat ini tingkat partisipasi perempuan Bali dalam hal pemberdayaan ekonomi sudah sangat baik, terlihat dari angka pendapatan perempuan Bali yang mencapai 37% dimana angka tersebut diatas rata-rata nasional. Program IR perempuan Bali juga sudah cukup baik, beberapa diantaranya fokus pada kerajinan tangan, kesehatan dan kecantikan, tenun ikat dan makanan khas Bali,” tambah Ayu.

Kegiatan Sharing Best Practices on Women’s Economic Empowerment in Indonesia ini termasuk dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KTSST) yang merupakan hasil kerjasama Kemen PPPA dengan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) dan Sekretariat Colombo Plan.

Memasuki tahun kelima penyelenggaraannya, pertemuan Colombo Plan di Bali diikuti perwakilan 13 negara anggota, yakni; Bangladesh, Bhutan, Indonesia, Iran, Laos, Malaysia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, dan Vietnam. Rencananya kegiatan ini akan berlangsung sejak 16-21 September 2019 di Bali dan akan ada sesi kunjungan lapangan untuk melihat langsung praktik Industri Rumahan di beberapa Desa di Kabupaten Gianyar, Bali serta penutupan yang menghasilkan sebuat rencana aksi bagi peserta Colombo Plan yang hadir. gina

Tinggalkan Balasan