Sekertaris Dishubkominfo Natuna, M. Amin |
|
NATUNA, HR – Proyek Bandara Enclave Civil Ranai tidak lama lagi akan segera rampung dikerjakan. Simbol karya pembangunan dimasa kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Natuna Ilyas Sabli–Imalko ini dibangun untuk menjawab permasalahan Natuna dalam hal transportasi udara.
Dengan pembangunan bandara sipil tersebut, pemerintah daerah berharap jumlah maskapai yang membuka jalur penerbangan dari Natuna dan ke Natuna, akan semakin banyak hingga terjadi persaingan yang berakibat pada murahnya harga tiket. Selain itu bandara ini juga digadang-gadang sebagai pintu utama masuknya investor ke Natuna.
Akan tetapi, dalam pembangunannya tidak selancar yang diharapkan. Sebab landasan pacu atau runway bandara yang sesungguhnya milik TNI Angkatan Udara dan digunakan bersama dengan Pemerintah Daerah Natuna setelah MOU pada tahun 2014 lalu, kini kondisinya sangat memprihatinkan.
Menurut Sekretaris Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Natuna, M. Amin, bahwa keadaan landasan pacu Bandara Ranai mulai mengkhawatirkan, karena di beberapa titik pada kontruksi aspal terdapat retakan kasar dan cekungan bekas gesekan roda pesawat saat sedang mendarat.
“Panjang landasan bandara kita ini ada 2500 meter lebih, cukup untuk didarati pesawat Boeing tipe 737 seri 500, namun sekarang kondisinya mengkhawatirkan, pada posisi landasan 36 arah Penagi dan posisi 18 arah Ranai terdapat retakan kasar aspal. Selain itu juga terdapat cekungan sedalam 5 sentimeter yang menimbulkan genangan air ketika hujan, hal ini berbahaya bagi pesawat saat mendarat, karena bisa mengakibatkan pengereman tidak optimal, sehingga dapat terjadi pecah ban,”terang Amin, dalam rapat bersama dengan anggota DPR RI Nyat Kadir beberapa waktu lalu di kantor Bupati Natuna.
Lebih jauh Amin menerangkan, permasalahan landasan pacu Bandara Ranai yang di overlay pertama kali pada tahun 1982, sudah sering disampaikannya dalam rapat tahunan badan perencanaan pembangunan nasional(Bappenas). Hanya saja, ibarat gayung tak bersambut, amin menelan rasa kecewa lantaran jawaban tidak memuaskan dari Bappenas.
“Kita sudah pernah menyampaikan hal ini dalam rapat tahunan Bappenas tahun 2014 lalu, namun mereka bilang tidak ada MOU dengan TNI, dan akan ditampung untuk rencana pembangunan 5 tahun ke depan. Padahal setahu saya rapat tahunan mereka ini untuk pembangunan tahun depan. Dengan terpaksa jika terus seperti ini, kami akan menutup sementara penerbangan ke natuna daripada menimbulkan persoalan,”ungkapnya.
Perlu diketahui, sebenarnya masyarakat Natuna menyambut baik pembangunan Bandara Enclave Civil Ranai yang dibangun dengan tujuan menarik maskapai penerbangan untuk terbang dari Natuna dan ke Natuna. Selain menyelesaikan permasalahan keterisolasian, investor juga diharapkan tidak takut lagi ke Natuna hanya karena permasalahan transportasi. Namun, apakah Pemerintah Pusat akan membiarkan cita-cita tersebut kembali runtuh hanya karena lubang di landasan pacu ?. ■ fian