BADUNG, HR – Pandemi Covid-19 mengakibatkan pembatasa pada berbagai negara termasuk pembatasan perlintasan barang ekspor dan impor. Keberlangsungan kinerja yang bergantung bukan hanya pada situasi dan kondisi negara asal namun juga negara tujuan ini memengaruhi kinerja ekspor dan impor di seluruh negara terdampak termasuk Indonesia.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Adi Nugroho dalam rilis resminya (02/06/2020) memaparkan data bahwa pada bulan April 2020 kinerja ekspor barang Provinsi Bali tercatat sebesar US$ 26.350.478, turun sedalam -40,33 % dibandingkan nilai ekspor bulan Maret 2020 (m-to-m) yang tercatat sebesar US$ 44.160.861.
“Jika dibandingkan dengan catatan bulan April 2019 (y-on-y), nilai ekspor di bulan April 2020 juga tercatat turun sedalam -48,92 %. Kinerja Ekspor Barang Provinsi Bali di Bulan April 2020 capai titik terendah dalam 4 tahun terakhir (2017-2020),” jelas Adi.
Ia juga menjelaskan bahwa dari sepuluh negara utama tujuan ekspor Provinsi Bali di bulan April 2020, ekspor ke sembilan negara tujuan menurun dibandingkan dengan catatan bulan Maret 2020 (m-t-m), dengan penurunan terdalam tercatat pada tujuan Australia (-66,76 %) yang didominasi turunnya ekspor produk pakaian jadi bukan rajutan (HS 62). Sementara jika dibandingkan dengan bulan April 2019 (y-o-y), sembilan negara tujuan ekspor Bali juga tercatat menurun dengan penurunan terdalam tercatat pada tujuan Taiwan (-53,86 %) yang didominasi oleh turunnya ekspor produk ikan dan udang (HS 03).
Meski demikian, neraca perdagangan Provinsi Bali pada April 2020 tercatat surplus sebesar US$ 20.921.448. Angka tersebut lebih rendah dari bulan Maret 2020 (m-t-m) sebesar US$ 30.699.212, dan lebih rendah dari bulan April 2019 (y-t-y) sebesar US$ 31.582.433. Surplus tersebut dipengaruhi nilai impor barang Provinsi Bali dari luar negeri di bulan April 2020 tercatat sebesar US$ 5.429.030.
Meski angka tersebut menunjukkan penurunan sedalam -59,67 % jika dibandingkan catatan bulan Maret 2020 (m-t-m) dan turun sedalam -72,87 % dibandingkan bulan April 2019 (y-o-y), surplus pada neraca perdagangan menunjukkan bahwa barang yang diekspor masih lebih banyak dari barang yang diimpor oleh provinsi Bali.
Perlu diketahui bahwa pelabuhan ekspor dan impor di Provinsi Bali terdiri dari Bea Cukai Ngurah Rai yang berwenang mengelola kegiatan melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dan Bea Cukai Denpasar yang mengelola kegiatan melalui pelabuhan Benoa. Pengelolaan ini tidak hanya dilaksanakan terhadap barang asal provinsi Bali namun juga dari provinsi Lainnya. Sehingga data dari BPS provinsi Bali merupakan data spesifik barang yang berasal dan didistribusikan dalam lingkup provinsi Bali.
Menanggapi hal ini, Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Bea Cukai Ngurah Rai, Teddy Triatmojo menjelaskan bahwa salah satu penyebab penurunan kinerja ekspor utamanya yang dilaksanakan melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai adalah adanya beberapa penerbangan internasional yang berhenti beroperasi sementara pada masa pandemi Covid-19.
“Keberadaan penerbangan internasional tersebut merupakan unsur penting dalam menunjang kelancaran ekspor dan impor dari dan menuju Bali. Perlu dicatat bahwa kegiatan ekspor dan impor tidak sepenuhnya berhenti, masih ada beberapa kegiatan impor dan ekspor dengan asal dan tujuan akhir Bali namun penyelesaian prosedur kepabeananya dilakukan di pelabuhan lain di luar Bali,” terang Teddy.
Ia juga menekankan bahwa penurunan kegiatan ekspor dan impor tidak hanya terjadi di Bali, khususnya melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Pemerintah telah meluncurkan berbagai fasilitas dalam rangka pengamanan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan dukungan industry di antaranya melalui pengurangan atau penghapusan tarif dan Fasilitas Bea Masuk yang kemudian ditanggung Pemerintah.
“Harapan kami kedepannya kegiatan ekspor impor di Bali akan kembali bertumbuh seiring dengan lahirnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang tanggap situasi serta beberapa negara yang mulai melakukan relaksasi atas protocol karantina dan isoloasi mandirinya sehingga diharapkan ekonomi global perlahan mulai bergerak kembali sehingga dunia penerbangan yang menjadi salah satu faktor penting dalam rantai pasokan global dapat menyambung operasinya,” tutup Teddy. gina