Hamid Termotivasi Jadikan Natuna Daerah Perbatasan tanpa Plastik

oleh -17 Dilihat
oleh
Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal

NATUNA, HR – “Jadikan laut sebagai beranda depan”. Semboyan tersebut sering diutarakan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti, khususnya ketika ia mengunjungi Kepulauan Natuna.

Bukan tanpa alasan menteri nyentrik tersebut menggelorakan semboyan demikian. Menurutnya sebagai bangsa maritim, masa depan Indonesia bergantung dari laut.

Sebagai daerah kepulauan, kabupaten Natuna memiliki geografis 99 persen lautan, dan hanya 1 persen daratan. Dengan demikian banyak penduduk yang bekerja sebagai nelayan dan tinggal di daerah pesisir, terutama bagi mereka yang tinggal di pulau-pulau sekitarnya.

Sayangnya, karena dapur rumah warga menghadap ke laut, sampah rumah tangga juga turut dibuang ke laut.

Tak hanya di Natuna, masalah ini pun terjadi di daerah lain di Indonesia. Berangkat dari situlah, Menteri Susi mulai menyemboyankan, “Laut sebagai beranda depan”.

Gayung bersambut, Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal juga menyerukan hal serupa. Setelah menonton film dokumenter ‘ A Plastic Ocean’, Hamid tergugah untuk membuat Natuna terbebas dari masalah sampah plastik.

Tak sendirian, Bupati Natuna menyaksikan film tersebut bersama Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan Junior, serta para pelajar Natuna di gedung pertemuan SMAN 1 Bunguran Timur, Kamis (8/11).

Film ini menggambarkan bahwa ada lebih banyak plastik daripada plankton di lautan. Film luar biasa ini membahas komplit tentang betapa mengerikannya polusi sampah plastik di lautan, hasil dari penggunaan manusia.

Contohnya, limbah rumah tangga yang dibuang ke laut. Limbah yang bercampur dengan micro plastik itu, akan meracuni plankton. Secara luas, plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.

Plankton-plankton yang telah terkontaminasi oleh micro plastik ini, nantinya akan dimakan oleh ikan-ikan kecil. Selanjutnya ikan-ikan kecil ini akan dimakan oleh ikan yang lebih besar, begitu terus selanjutnya.

Kemudian, ikan-ikan ini akan ditangkap oleh manusia dan menjadi bahan konsumsi. Artinya, manusia yang mengkonsumsi ikan, telah teracuni oleh partikel micro plastik tersebut.

Pemutaran film ini, juga sebagai sosialisasi oleh kedutaan besar AS, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang saat ini dipenuhi sampah plastik.

Dalam sambutannya, Dubes Donovan mengatakan Amerika Serikat tidak memiliki semua jawaban untuk mengatasi masalah sampah plastik. Menurutnya membersihkan sampah laut ini tantangan yang harus dikerjakan bersama.

Sementara itu pada kesempatan tersebut Bupati Natuna, Abdul Hamid Rizal mengutarakan setelah melihat bahaya sampah plastik dari film tersebut. Dalam waktu dekat dirinya akan mengeluarkan peraturan daerah (perda) pelarangan penggunaan plastik.

“Nanti kita akan buat perdanya, di Natuna tidak boleh menggunakan plastik untuk pembungkus atau kantong belanja, terutama untuk yang sekali pakai, ” kata Hamid.

Selain perda pelarangan penggunaan plastik, rencananya Pemda Natuna juga akan membuat perda, bagi rumah yang berada di pesisir, agar beranda rumahnya menghadap ke laut.

“Nanti tidak boleh lagi membuang sampah plastik di laut. Jika sudah ada perdanya pemukiman di pinggir pantai, halaman depannya menghadap ke laut, biar tidak buang sampah ke laut. Kan malu kalau kita mengotori halaman rumah kita sendiri,” terang Hamid, disambut tepuk tangan pelajar.

Tak lupa, Hamid Rizal juga mengajak para pelajar dan seluruh masyarakat Natuna untuk mensosialisasikan bersama, menjaga wilayah Natuna dari sampah plastik.

“Supaya nanti Natuna jadi percontohan, daerah perbatasan yang tidak menggunakan plastik,” pungkasnya. fian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.