JAKARTA, HR – Guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sustaninable, ekspor harus senantiasa didorong. Demikian dikatakan Menhub Budi Karya Sumadi pada acara Forum Ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok.
PT Pelindo II (Persero) / IPC sebagai BUMN kepelabuhanan harus terus berupaya dan bersinergy dengan pelaku usaha mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi dan melakukan modernisasi infrastruktur dan suprastruktur pelabuhan.
Hal ini dilakukan sebagai wujud nyata dari kepeduiannya menekan biaya logistik di Tanah Air. Disamping untuk meningkatkan kinerja pelayanan dan operasional perusahaan, upaya ini juga bentuk komitmen IPC mendukung pengembangan ekspor nasional.
Demikian dikatakan Saptono RI, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha Pelindo II, di acara tersebut, mengatakan bahwa Forum Ekspor 500 merupakan wadah silaturahmi antarpelaku utama dan pihak-pihak yang berkaitan dengan pengembangan ekspor nasional, yang difasilitasi oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia.
“Terkait optimalisasi penggunaan teknologi informasi, kami telah menerapkan berbagai aplikasi seperti Vessel Traffic System (VTS), Marine Operating System (MOS), Peti Kemas dan Non Peti Kemas Terminal Operation System. Seluruh pelabuhan yang dikelola IPC menerapkan aplikasi Auto Tally, Auto Gate serta E-service,” kata Saptono.
Dijelaskannya, ada 4 langkah strategis lainnya yang diimplementasikan IPC untuk mewujudkan pelabuhan yang efisien. Keempat hal tersebut antara lain peningkatan pelayanan, pembangunan 0proyek strategis, penerapan sistem informasi layanan tunggal secara elektronik berbasis internet (inaportnet), dan sistem pelayanan berbasis elektronik seperti e-registration, e-booking, e-tracking & tracing, e-payment, e-billing dan e-care.
Selanjutnya kata dia, digitalisasi pelabuhan telah meningkatkan kinerja operasional dan pelayanan. Pada Tahun 2017, misalnya, keseluruhan arus barang mencapai 57 juta ton lebih, atau melampaui target sebesar 5,56 persen. Arus peti kemas mengalami kenaikan 0,8 persen dari target yang sebesar 5.144.240 box.
“Dari sisi dwelling time, kami berhasil menurunkannya menjadi di bawah 3 hari. Upaya untuk menekan dwelling time ini dilakukan dengan penerapan Integrated Container Freight Station (CFS) di Pelabuhan Tanjung Priok,” jelas Saptono.
Kemudian kata dia, saat ini, IPC juga telah mampu memfasilitasi persinggahan kapal kontainer berkapasitas besar. Sejak tahun 2017, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta melayani kapal container berkapasitas 10 ribu TEUs, yang melayani rute direct call. Kapal kontainer ukuran besar ini berlayar rutin setiap minggu dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Los Angeles & Oakland, Amerika Serikat.
“Penggunaan kapal kontainer berkapasitas besar berdampak terhadap penurunan biaya pengiriman kontainer yang akan ditanggung eksportir maupun importir, sehingga ikut menekan biaya logistik nasional,” tambahnya.
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC sebagai operator pelabuhan terbesar di Indonesia mempunyai visi untuk menjadi pengelola pelabuhan kelas dunia yang unggul dalam operasional dan pelayanan. IPC memiliki 12 (dua belas) cabang pelabuhan yang tersebar di wilayah bagian barat Indonesia, yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Sunda Kelapa, Palembang, Pontianak, Teluk Bayur, Banten, Bengkulu, Panjang, Cirebon, Jambi, Pangkal Balam dan Tanjung Pandan. Selain itu, IPC memiliki 17 (tujuh belas) anak perusahaan dan perusahaan afiliasi. krisman/velly