BENGKULU, HR – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar lomba perkemahan satuan karya keluarga berencana (Saka Kencana) tingkat provinsi 2015 sejak 15-17/5 di halaman kontor BKKBN Bengkulu. Perkemahan yang dikuti sebanyak 110 orang remaja pelajar dan mahasiswa itu bertujuan agar meningkatnya kompetensi saka kencana sebagai pendidik dan konselor dalam memberikan pendidikan serta konseling bagi teman sebayanya.
Demikian dikatakan Kepala BKKBN Provinsi Bengkulu Maryana dalam pembukaan lomba perkemahan Saka Kencana 2015 di Bengkulu belum lama ini. Adapun dilakukan adalah dengan tujuan pembangunan kependudukan segmen remaja selain mengembangkan program Generasi Berencana (GenRe) melalui pusat informasi konseling remaja dan mahasiswa.
BKKBN merangkul kelompok pemuda basis organisasi pramuka Saka Kencana perkemahan. Saka kencana dapat meningkatkan perilaku positif remaja tentang pembangunan kependudukan dan keluarga berencana melalui beberapa kegiatan pembinaan terhadap pemuda di daerah itu. Dapat mengatasi sejumlah permasalahan yang dapat mengancam perkembangan dan kemajuan remaja akibat nikah dini dan seks bebas serta penyalahgunaan narkoba.
Maryana mengatakan permasalahan remaja yang menjadi salah satu penentu bonus demografi adalah seks bebas yang dapat mengakibatkan peristiwa nikah dini bagi remaja. “Peristiwa nikah dini di Bengkulu hingga 2015 masih menempati angka yang cukup tinggi, dengan menempati urutan ke-enam dari 34 provinsi,” katanya.
Kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (Napza) di Bengkulu masih berada pada urutan ke-lima 34 provinsi di tanah Air dari sudut pandang kesehatan. Tindakan menyimpang yang mengkhawatirkan terhadap remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) di kalangan remaja.
“Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah lainnya yaitu aborsi dan pernikahan usia muda semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional,” ujarnya. ■ jlg