Antara Community College dan Vocational Training Apa pun Itu Semua Sepakat Wadah Itu Sudah Harus Ada

oleh -233 views

JAKARTA, HR – Produktivitas diskusi mingguan kelompok, “Komunitas Mencari Pemimpin Samosir (KMPS) Visioner” terus mengalir. Seperti tadi malam Senin (29/06/2020). Mereka melakukannya kembali dengan topik “Akademi Komunitas adalah Jawaban SDM Unggul  Samosir”.

Pada seri acara yang dimulai pukul 19.00 WIB tersebut dimulai dengan Benny Pasaribu, PhD., yang tampil sebagai pembicara kunci. Menurut Benny, persoalan SDM Unggul di Samosir sebaiknya menjadi tanggung-jawab bersama antara dunia swasta dan pemerintah. Maka terhadap itu, dia lebih memilih konsep vocational training dari pada college community (akademi komunitas).

“Dari pengalaman, akademi komunitas yang ada saat ini terlihat mengalami kegagalan karena keberadaanya sepenuhnya tergantung kepada pemerintah daerah,” ujarnya seraya mencontohkan sebuah akademi komunitas di sebuah daerah di Jawa Barat yang telah menghentikan aktivitasnya. “Ada pun vocational training dibentuk dengan melibatkan tiga unsur yaitu Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Pemerintah Pusat,” lanjut anggota KEIN dan Sekjend. HKTI ini. Dengan keterlibatan ketiga unsur tersebut, secara obyektif tentutalah lebih kuat dibanding dengan akademi komunitas yang sangat tergantung kepada Pemerintah Daerah.

Mangadar Situmorang, PhD., yang pada sesi diskusi sebelumnya memunculkan ide Akademi Komunitas ini, tidak begitu mempersoalkan antara Community College dengan Vocational Training. Sebab bagi dia, yang lebih penting adalah bagaimana memutus eksodus putra-putri Samosir yang berumur 17 atau 18 ke daerah lain.

Maka menurut Mangadar Situmorang, salah satu cara yang strategis dilakukan untuk menghempang para putra-putri yang notabene adalah SDM Unggul yang potensial adalah dengan cara mendidik mereka di Samosir pada wadah yang tentunya bisa menjamin masa depan mereka. “Saya tidak bisa bayangkan bagaimana Samsosir ini ke depan bila tiap tahun lulusan SLTA-nya pergi kedaerah lain hanya untuk melanjutkan pendidikan lanjutannya. Andai pun mereka kembali setelah mendapatkan pendidikannya itu, saya kira kelak akan mengalami kesulitan karena persoalan link and match”, terang putra asal Palipi Samosir dan Rektor Universitas Katolik Parahyangan Bandung ini.

Apa yang dikatakan oleh Mangadar Situmorang ini juga menjadi pemikiran Profesor Dr. Roberd Saragih. Malah menurutnya harus ada upaya yang nyata segera dilakukan oleh pemerintah yaitu untuk mendirikan lembaga pendidikan. Dan terhadap itu, bila pihak Pemerintah Samosir menginginkannya saya dari ITB siap memfasilitasinya.

“Saya katakan di sini, bila pihak Pemerintah Samosir menginginkanya, saya dari ITB siap memfasiltasinya,” ujar putra kelahiran Aek Nauli ini, seraya mengatakan bahwa air di tempat kelahirannya itu  tidak seperti namanya ‘Aek Na Uli’.

Dan sekedar informasi, menurut Prof Roberd Saragih, bahwa Jenderal Luhut Binsar Panjaitan saat mendirikan Perguruan Tinggi DEL juga dilatar-belakangi pemikiranl yang sama: menghempang putra-putri KDT eksodus ke daerah lain untuk melanjutkan pendidikan tingginya. Walau faktor faktor larinya rupiah dari KDT ke daerah lain juga menjadi faktor pertimbangan yang lain.

Namun demikian, para peserta juga mengamini bahwa wadah pendidikan yang didirikan itu, haruslah disesuaikan dengan kebutuhan Samosir, yang dalam hal ini harus sesuai sektor yang menjadi unggulan.  Terhadap sektor unggulan ini, baik Benny Pasaribu, Roberd Saragih mau pun Mangadar Situmorang menyepakati bahwa yang menjadi Sektor Unggulan Samosir adalah Sektor Parwisata dan Pertanian. Dan untuk itu, kelak wadah itu, haruslah membuat  sylabusnya dengan sektor-sektor tadi disertai local wisdom sebagai spiritnya.

Secara umum, diskusi yang dijadwalkan jam 19.00-21.00 tersebut ternyata molor  hampir 30 menit, bahwa semua peserta diskusi mengamini untuk perlunya wadah pendidikan dengan maksud memutus eksodusnya calon-calon SDM Unggul Samosir. Malah terhadap itu, bila perlu kepada putra-putri Samsoir itu, Prof. Roberd Saragih menganjurkan pemberian bea siswa demi terjamninnya input SDM Unggul di Samosir.

Saatnya wadah penyiapan SDM Unggul ini sudah segera dipersiapkan.  Apalagi hal itu dikaitkan dengan dijadikannya KDT sebagai Program Super Prioritas oleh Pemerintah Pusat. Bila itu tidak dilakukan, maka apa yang dikatakan Makdin Sinaga, yang pada acara diskusi malam itu tampil sebagai salah seorang counterpart, akan membuat Samosir tidak mendapat apa-apa. Karena menurut mantan PR-III Atmajaya Jakarta ini, keadaan parwisata Samosir tidak jauh berbeda dari sejak dulu sampai saat ini, sebagai konsekwensi kurang didukung oleh SDM Unggul.

“Kepada teman-teman, mari sama-sama wadah pendidikan ini segera kita dorong perwujudannya, sehingga Samosir memiliki SDM Unggul dibidang yang menjadi keunggulannya. Maka dengan begitu, Samosir Unggul tidak hanya sebatas kata-kata,” katanya seraya mengucapkan terimakasih kepada Mangadar Situmorang, yang telah mengundangnya ke acara diskusi. tpl/dam

Tinggalkan Balasan