JAKARTA, HR – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan, pihaknya tengah mencari apa saja yang membuat Pelabuhan Tanjung Priok kurang kompetitif dibandingkan Pelabuhan Singapura. Hal tersebut disampaikan Budi Karya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perhubungan Kadin.
“Kalau kita lihat yang namanya (distribusi) ke Priok ke Banjarmasin lebih mahal daripada ke China, jadi satu unefisiensi terjadi. Nah setelah saya tanya berapa tarif Priok, ternyata 2,5 kali lipat Pelabuhan Singapura,” ujar mantan Direktur Utama Angkasa Pura II, di Graha CIMB, Jakarta, Rabu (16/11/2016).
Menurut Budi, sudah saatnya Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub and spoke di Indonesia. Pasalnya, pelabuhan terbesar ini sudah mendapat untung. Dengan semua capital expenditure (capex), seharusnya sudah bisa digunakan sebagai pembiayaan direct call (pelayaran langsung). Jika demikian, biaya Pelabuhan Priok bisa lebih kompetitif.
“Untuk itu kami berusaha mencari lagi apa saja yang membuat Priok kurang. Karena sekarang kita berkeinginan membuat Priok lebih kompetitif, jadi mampu menjadi pelabuhan transhipment,” ujarnya.
Guna menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub and spoke, pemerintah meminta masukan dari pelaku usaha, dalam hal ini Kadin. Apa pun masukan dan usulannya, Kementerian Perhubungan siap menerima dan akan dilanjutkan dalam pembahasan yang lebih mendalam.
“Kadin ada usulan untuk memudahkan dan kita akan terima,” ucap Budi. krisman
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});