JAKARTA, HR – Indonesia harus segera membangun pelabuhan hubungan internasional di Batam, agar dapat mengambil manfaat ekonomi besar di jalur pelayaran Selat Malaka, yang termasuk jalur perdagangan terpenting dunia. Meski selat ini sekitar 80% wilayah Indonesia, justru Singapura memperoleh manfaat ekonomi lebih banyak karena memiliki pelabuhan hubungan internasional, berikutnya Malaysia.
Dari segi ekonomi dan posisi strategis, Selat Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia seperti Terusan Suez atau Terusan Panama. Selat ini terletak di antara Semenanjung Malaysia (Thailand, Malaysia, dan Singapura) dan Pulau Sumatera (Indonesia).
Selat yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik ini menjadi jalur pelayaran perdagangan negara-negara emerging market dengan pertumbuhan ekonomi cepat dan jumlah penduduk terbesar di dunia, yakni Republik Rakyat Tiongkok, India, dan Indonesia. Selain itu, jalur ini menghubungkan Korea Selatan dan Jepang yang merupakan salah satu eksportir besar dunia.
Selain karena Indonesia memiliki mayoritas wilayah Selat Malaka, Indonesia seharusnya memiliki pelabuhan hub internasional di jalur ini karena memiliki barang ekspor-impor paling banyak di Asean. Jadi, nantinya ekspor barang RI tidak perlu lagi ke Singapura dulu kemudian direekspor oleh Singapura, demikian pula impor barang kita tidak perlu melalui pelabuhan Negara Kepala Singa itu.
Ketua Forum Transportasi Laut Masyarakat Transportasi Indonesia (FTL-MTI) Ajiph R Anwar mengatakan, Indonesia masih punya kesempatan memanfaatkan potensi ekonomi besar di Selat Malaka, dengan membangun pelabuhan hub internasional di Tanjung Sauh, Batam.
“Tanjung Sauh di Batam berlokasi dekat dengan jalur pelayaran utama dunia yang tetap (main-line operator/MLO), antara lain Malaka dan Singapura. Tanjung Sauh memiliki potensi yang sama dengan Malaysia. Pelabuhan hub internasional kita jangan terlalu jauh dibangunnya dari lokasi-lokasi strategis itu,” ujarnya kepada Investor wartawan, Jakarta, Kamis (24/11).
Agar pembangunan pelabuhan hub internasional yang besar bisa terealisasi, kata Ajiph, Indonesia juga harus menggandeng anchor marine enterprise, agar pelabuhan baru memiliki captive market. Saat dirinya menjabat sebagai atase perdagangan di Prancis, perusahaan di sana tertarik untuk ikut berinvestasi.
Saat ini, lanjut dia, belum terlambat bagi Indonesia untuk memulai pembangunan pelabuhan hub internasional yang besar, yang bisa berkompetisi dengan Singapura. Apalagi, Malaysia juga sudah memiliki pelabuhan hub internasional yang besar.
“Sebagai negara besar, kita harus punya pelabuhan internasional yang besar sebagai hubungan (pengumpul). Sedangkan pelabuhan-pelabuhan lain seperti di Tanjung Priok, Tanjung Perak, ataupun pelabuhan yang akan dibangun, itu bisa menjadi pelabuhan spoke (pengumpan),” tutur Ajiph.
Pentingnya Indonesia memiliki pelabuhan hub internasional yang besar juga sejalan dengan peningkatan pembangunan industri pengolahan di Tanah Air. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana membangun kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan internasional. krisman
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});