TANGERANG, HR – Persoalan banjir yang selalu hadir hampir tiap tahun di Kota Tangerang, memerlukan penanganan yang tepat. Untuk itu pemkot Tangerang terus melakukan usaha guna meminimalisir banjir yang sebagian besar diakibatkan oleh meluapnya kali sebagai dampak tingginya curah hujan. Dimulai dari penurapan kali, pembangunan saluran air yang memadai, dan juga normalisasi kali dan situ yang ada di Kota Tangerang.
Khusus untuk normalisasi kali dan situ, hal ini dinilai sangat mendesak untuk dilakukan disamping usaha penurapan. Mengingat kondisi kali dan situ di Kota Tangerang yang telah mengalami sedimentasi di beberapa titik, sehingga ketika musim hujan datang debit air yang bertambah tidak bisa ditampung oleh kali maupun situ yang sudah mengalami pendangkalan, yang pada akhirnya meluap dan membanjiri permukiman warga.
Untuk itu dalam beberapa tahun terakhir pemkot juga telah melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPERA) untuk membantu menyelesaikan normalisasi kali dan situ terutama yang dikelola oleh pemerintah pusat seperti Kali Cisadane dan Kali Angke.
Tercatat pada tahun 2016 Pemerintah Pusat melalui Kementeian PUPERA telah melakukan normalisasi kali Cisadane sepanjang 5 km dari target 26 km dengan biaya konstruksi mencapai Rp 250 Milyar.
Dan khusus untuk kali-kali kecil secara bertahap Pemkot Tangerang juga telah melakukan normalisasi di beberapa titik, namun karena terbatasnya peralatan maka normalisasi tersebut kurang optimal.
“Selama inikan normalisasi masih terkendala pada lokasi yang tidak terakses oleh alat berat, makanya progresnya agak lambat karena masih manual dan menggunakan tenaga manusia dan peralatan seadanya,” jelas Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah.
“Untuk itu di tahun 2016 ini, kita beli Amphibi Excavator dan Spider Ekskavator untuk mengeruk sedimentasi di sungai yang tidak bisa diakses oleh alat berat,” tutur Arief.
Amphibi Ekskavator yang dimiliki oleh Pemkot Tangerang tersebut terhitung istimewa, karena selain bisa beroperasi di kali yang kecil, juga bisa beroperasi baik di darat maupun di tempat basah. Sedang
Spider Ekskavator juga mempunyai kelebihan pada kaki-kaki ekskavator yang bisa menjangkau ke sungai karena bentuknya yang mirip laba-laba.
“Dimensinya cukup kecil diharapkan bisa masuk ke kali-kali yang lebih kecil,” terang Kabid Sumber Daya Air Dinas Binamarga dan Sumber Daya Air (Bimasda) Kota Tangerang, Taufik Syahzeni.
“Kalau yang spyder kaki-kakinya bisa menjangkau ke sungai. Kali-kali yang sulit dijangkau oleh alat berat biasa bisa ditangani oleh kedua alat tersebut,” sambungnya.
Karena, kata taufik menjelaskan, kali-kali yang dibersihkan hanya yang punya akses lebih dan ada jalan inspeksi dan sungainya ukurannya besar.
“Diharapkan dengan alat-alat ini bisa dikerjakan, meskipun medannya sulit karena tidak ada jalan inspeksinya,” tandasnya.
“Selama ini pakai tim pemerliharaan secara manual, jadi diharapkan dengan alat ini normalisasi kali bisa lebih lebih efisien dan cepat,” pungkasnya. haryo/hms
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});