Pondasi Pagar Pengaman Bandara Trinsing Roboh

oleh -56 Dilihat
oleh
MUARA TEWEH, HR – Nama bandara yang sedang dikerjakan di Barito Utara ini namanya selalu berubah-ubah dalam setiap tahun anggaran pekerjaan, ada yang menyebutnya Bandara Trinsing, Bandara M Sidik, dan Bandara Beringin. Ketiga nama yang berubah-ubah ini terkesan seperti sedang mengerjakan tiga bandara yang berbeda. Itulah komentar warga yang ditemui HR di Desa Trinsing.
YP, seorang warga Desa Trinsing ketika ditanyai perihal robohnya pondasi pagar bandara, menjelaskan, bahwa sejak awal dirinya dan warga lainnya tidak percaya akan cara kerja pelaksana PT Merdeka Inti Persada, dan pengawas pun terlihat masa bodo.
Sebab, ungkap YP, walaupun dirinya baru pertama kali melihat pekerjaan membangun pondasi pagar bandara, namun cara kerja membangun pondasi tidak seperti yang terlihat saat itu. YP melihat pondasi pagar dibangun tanpa dilakukan penggalian, apalagi struktur tanah di lokasi adalah tanah pasir. YP berharap untuk pekerjaan kedepan bisa dibuatkan ritual adat, agar natinya semua pekerjaan yang ada di Desa Trinsing dijauhkan dari hal yang tidak baik. YP pun sedikit bersyukur, karena pondasi yang dibangun di atas tanah pasir itupun akhirnya ambruk, namun tidak ada korban jiwa maupun ternak warga yang menjadi korbannya.
Pekerjaan tetap dilanjutkan tanpa mengidahkan sruktur tanah pasir yang keras di musim kemarau dan jadi lumpur di musim penghujan.
Lady, aktifis LSM FPH, menyatakan, bahwa adanya dugaan pembiaran untuk Pekerjaan Bandara Trinsing Tahun Anggaran 2017, sehingga terkesan dikerjakan dengan asal-asalan.
Sementara, setiap pekerjaan konstruksi selalu ada konsultan pengawas maupun pengendali pengawas dari Dinas atau Satker terkait. Namun, mengapa bisa terjadi longsor? Apakah proyek ini sengaja diprogramkan serta dianggarkan agar muncul proyek lanjutan yakni proyek bencana alam?
Sebelum terjadinya longsor, beberapa pihak telah melakukan kritikan terkait pemasangan batu pondasi yang aneh yang tidak sesuai dengan konstruksi pondasi. Konstruksi pondasi yang aneh itu yakni batu disusun sampai menyerupai pondasi, lalu ditabur adukan semen dari bagian atas, dan dikerjakan diatas permukaan tanah, tanpa adanya galian pondasi seperti lazimnya.
Struktur tanah pasir jadi lumpur di musim penghujan. Pondasi bandara akhirnya roboh.
Sementara struktur tanahnya adalah tanah pasir, yang sifatnya keras di musim kemarau dan sangat lembek/lumpur di musim penghujan. Ironisnya, hal itu tidak menjadi perhatian.
Lady, aktifis LSM Forum Pemerhati Hukum (FPH) berharap kepada Kementerian Perhubungan Ditjen Perhubungan Udara agar mengecek langsung pekerjaan bandara baru di Desa Trinsing Barito Utara Kalimantan Tengah.
Sehingga nantinya diketahui struktur tanahnya, tofogarafinya, serta kondisi fisik bandara yang sedang dikerjakan, mengingat bandara diperuntukkan untuk transportasi manusia, jadi harus dikerjakan lebih profesional.
M Fadil selaku Kepala Bandara Beringin Muara Teweh, sebagai pihak yang bertanggung jawab langsung untuk pekerjaan Bandara Trinsing, tidak dapat dihubungi untuk dikonfirmasi. Sesuai informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, yang bersangkutan hanya mengantor setiap Senin atau Jumat, setelah itu dia berangkat perjalanan dinas, nomor HP dan WA juga tidak merespon.
Plang proyek PT Merdeka Inti Persada di Lokasi Bandara.
Pekerjaan Pagar Pengaman Bandara yang dikerjakan PT Merdeka Inti Persada, Anggaran Tahun 2017 bernilai Rp 6.582.624.000. Volume proyek itu sepanjang 4 Km dan belum dikerjakan 100%.
Menurut Lady, Kepala Bandara Beringin Muara Teweh harus memberikan penjelasan dan bertanggung jawab atas robohnya pondasi pagar bandara yang baru dikerjakan hitungan minggu, serta tidak tuntasnya Pekerjaan Pagar Pengaman Bandar pada Tahun 2017.
Berdasarkan pemantauan, bahwa dari sepanjang 4 Km panjang pagar pengaman bandara yang harus dikerjakan pada tahun 2017, baru hanya 1 km yang telah terpasang pagar pengamannya. mps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.