PEKANBARU, HR – Kegiatan pembangunan halte bus Trans Metro dengan alokasi anggaran Rp. 3.126.665.000 pada tahun 2016, kini menyisakan misteri kekacauan administrasi.
Berdasarkan fakta Lapangan ada ketidak seragaman antara halte yang satu dengan halte yang lain, diantaranya berupa kursi tunggu, penahan tangga, dan sandaran kursi tunggu. Ternyata ketidak seragaman itu bukan hanya pada pelaksanaan fisik akan tetapi juga pada segi administrasi.
Dokumentasi LPSE menyebutkan kalau pemenang lelang tersebut adalah PT. Qintara Cemerlang dengan HPS Rp 2.743.860.000.
Dari Dokumentasi RAB, Sunarko, disebut sebagai Pejabat pembuat komitmen (PPK) kegiatan, akan tetapi sewaktu dimintai keterangannya terkait kegiatan tersebut, Sunarko mengaku tidak punya andil dan seolah angkat tangan, kemudian menyebut nama pejabat kegiatan tersebut.
“Saya tidak tau soal itu, saya tidak ngurusin hal itu, tanya saja sama ilal” kata Sunarko.
Adapun Ilal adalah pegawai dishub yang sekarang sudah pindah tugas ke OPD lain.
Sunarko juga tidak mengetahui siapa PPTK kegiatan tersebut dan dirinya tidak menepis namanya disebut dalam gambar rencana konstruksi halte.
“Ia nama saya ada di gambar, tapi bukan saya pelaksananya, tidak tau saya kenapa preman preman itu buat nama saya” kata Sunarko santai.
Dengan angkat tangannya Sunarko, HR kesulitan mendapatkan informasi akurat terkait lokasi titik-titik hate bus Trans Metro dan jumlah halte yang telah dikerjakan dengan menelan anggaran Rp 2.743.860.000. tns