Beternak Secara Intensif Menggunakan Pakan Lokal Olahan

Kegiatan pengolahan jerami padi di UPTD. Pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Barat, beberapa hari yang lalu.

Oleh: Johanis Tandi S.Pt

Pakan merupakan biaya yang paling tertinggi dalam suatu usaha peternakan, jadi tidak heran jika banyaknya para petani peternak yang ada di daerah ini yang masih melepaskan ternaknya secara bebas. Tetapi yang menjadi permasalahan sekarang ialah ternak sapi dan kambing yang terlepas tersebut dapat meresahkan masyarakat tidak heran juga banyak tanaman masyarakat yang konon sebagai sumber kehidupannya habis dirusak oleh ternak bahkan banyak juga orang yang kehilangan nyawanya karena kendaraan yang dipakai menabrak ternak yang berkeliaran bebas di jalan jalan umum.

Salah satu solusi yang perlu dikembangkan adalah adanya kerjasama antar semua sektor yang ada seperti pemerintah (Dinas Peternakan, Satpol PP, Kecamatan, Fesa, dll). Masyarakat tidak dilarang untuk beternak tapi sebenarnya justru didorong untuk lebih maju. Hanya saja perlu pendampingan dan pembinaan bagi para peternak dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia peternak itu sendiri. Apalagi Kabupaten Mamuju sebagai ibukota Sulawesi Barat hari demi hari semakin padat penduduknya yang mengakibatkan lahan kosong selama ini sebagai tempat melepas ternak semakin mahal dan sempit.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hanya dengan menggunakan sumber daya alam lokal kita yang begitu melimpah untuk dikelola sebagai produk yang berdaya guna tinggi. Sama halnya dengan pakan ternak lokal, ada banyak pakan lokal unggul yang ada di Sulawesi Barat yang mempunyai kualitas (nilai gizi) dan kualitas (jumlah) untuk dijadikan pakan ternak yang baik. Seperti yang dilakukan oleh reformer Johanes Tandi S.Pt, yang berusaha mengembangkan inovasi pemanfaatan jerami padi yang diolah dengan proses fermentasi untuk menghasilkan pakan ternak yang berkualitas tinggi sebagai pengganti hijauan.

Menurut Jasmal A.Syamsu. 2001 perbandingan kandungan gizi jerami padi sebelum dan sesudah difermentasi yakni:
Komponen analisis zat makanan (% BK) Jerami padi tanpa fermentasi:
Protein kasar: 4,31
Serat kasar: 40,3
Lemak:1,42
Selulosa 33,0
Lignin: 7,21
Jerami Fermentasi:
Protein kasar: 9,11
Serat kasar: 36,5
Lemak: 1,70
Selulosa: 26,5
Lignin: 4,1

Dalam proses fermentasi yang dilakukan di UPTD. Pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak Provinsi Sulawesi Barat pada tanggal 21 mei 2018, bahan yang digunakan adalah starbio, garam beryodium dan air secukupnya. Jerami yang sudah kering ditumpuk atau disusun dalam wadah tertutup (anaerob) dengan tinggi sekitar 15-20 cm kemudian dipadatkan dengan cara menginjak-injak kemudian ditaburi starbio dan garam secara merata. Kegiatan ini berulang terus menerus sampai tinggi jerami yang dibutuhkan mencukupi. Lama fermentasi yakni 21 hari kalender (secara anaerob) lalu jerami bisa dibongkar kemudian diangin-anginkan sebelum diberikan kepada ternak sapi.

Kegiatan ini dilakukan demi untuk menambah pengetahuan bagi para peternak yang ada di UPTD. Pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak secara inseminasi buatan dan tidak tertutup bagi kelompok tani ternak di kemudian hari. Hal tersebut dapat didukung oleh BPD. Sulawesi Barat, Bidang Penyuluhan Pertanian Provinsi Sulawesi Barat, Kepala Dinas Pertanian provinsi Sulawesi Barat, dll.

Pengolahan jerami padi menjadi pakan ternak juga bisa dilakukan dengan bentuk bentuk yang lain seperti amoniasi jerami dan silase bagi jerami yang masih segar. Untuk amoniasi jerami dan fermentasi jerami kita juga menambahkan urea 0,5 – 0,7%. Serta juga bisa ditambahkan molasses (air gula) terutama untuk penggemukan sapi.

Penulis adalah Kepala PHMT Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat

[rss_custom_reader]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *