’28th Session of The Asia and Pasific Commission on Agricultural Statistics’ Digelar di Bali

oleh -570 views

BADUNG, HR – Session of The Asia and Pasific Commission on Agricultural Statistics (APCAS) kembali digelar, kegiatan yang memasuki kali ke-28 ini bertempat di Hotel Padma Bali, Legian, Kuta, Kab. Badung.

Dihadiri sekitar 100 orang delegasi dari 30 negara anggota, secara konsisten APCAS terus meningkatkan pembahasannya terkait kemajuan teknologi dan metodologi statistik dalam bidang pertanian.

Dalam sambutannya, Permanent Secretary for Agriculture, Ministry of Agriculture, Fiji, Rohit Lal sebagai penyelenggara kegiatan APCAS Ke-27 menyampaikan poin penting yang menjadi pembahasan dalam kegiatan kali ini meliputi; Aktivitas FAO di wilayah Asia dan Regional Pasific; Indikator FAO’s Sustainable Development Goals dalam hal sensus untuk pertanian dan hubungannya dengan survey pertanian; Subsektor statistik; Penggunaan Information and Communication Technology (ICT); Kerangka kerja jaminan kualitas; serta Keterbukaan dan penyebaran data.

Kegiatan yang difokuskan pada pencapaian target Sustainable Development Goals (SDG’s) nomor 2 yakni mengentaskan kelaparan ini turut dihadiri oleh Kepala Badan Pusat Statistik, Suharyanto, dan Kepala Bagian Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian, Ketut Kariyasa.

“Kegiatan APCAS dilaksanakan 3 tahun sekali dengan melibatkan sekitar 100 orang peserta dari berbagai negara. Selama 5 hari ke depan kami akan bertukar pengalaman tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan statistik pertanian. Hal tersebut secara luas berkaitan dengan SDG’s nomor 2 dalam yakni mengentaskan kelaparan,” tegas Suharyanto.

Ia juga menjelaskan, bahwa penggunaan data statistik terkait dengan pertanian tidak hanya sebatas bata produksi pertanian namun lebih luas lagi turut mencakup faktor-faktor lainnya yang terkait.

Hal tersebut turut didukung oleh Kepala Bagian Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian, Ketut Kariyasa dengan memberikan contoh luasnya tema pertanian yang membutuhkan data statistik.

“Kami memerlukan data yang akurat terkait berbagai faktor yang memengaruhi pertanian, diantaranya alih fungsi lahan, serta sebaran kebutuhan masyarakat, diversifikasi pangan,” ternag Kariyasa.

Ia melanjutkan, bahwa melalui data tersebut pihaknya dapat mengatur apa-apa saja yang harus dipetakan, ditingkatkan, maupun dikolaborasikan dengan kementerian/lembaga lainnya.

FAO Chief Statistician, Pietro Gennari dalam sambutannya juga turut menekankan urgensi statistik pertanian dalam mengentaskan kelaparan. Dijelaskan, bahwa statistik berperan penting dalam penilaian keberhasilan program, evaluasi, dan efektivitas kebijakan selanjutnya oleh pemerintah.

“Kami memahami bahwa karakteristik dan spesifikasi dari masing-masing negara sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program, oleh karena itu kami tidak dapat memaksakan solusi dari perspektif UN atau FAO semata. Namun, melalui kalkulasi statistik, kami dapat menyuguhkan data satelit yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan oleh pemerintah masing-masing negara dengan menyesuaikan kondisi sosial, bidaya, dan ekonomi masyarakatnya,” tutup Gennari.

Dalam kegiatan 4 hari ke depan, para peserta akan disuguhkan 13 topik kunci, diantaranya mencakup studi kasus spesifik pada daerah tertentu, termasuk statistik peternakan, perikanan, dan data mikro disimenasi.

Sesi-sesi tersebut dapat sangat berguna untuk menentukan bagaimana FAO dapat membangun kapasitas untuk monitoring perkembangan SDG di kawasan ASIA-Pasifik dan bagaimana pelaporan keseluruhannya bisa memiliki indikator yang jelas untuk digunakan dalam pertimbangan kebijakan. gina

Tinggalkan Balasan