MELAWI, HR –Orang tua murid serta siswa dambakan Gedung Sekolah. SD Jrak Jahu.
Pasalnya Dusun Keluas Meniba tempat sekolah tersebut berada yang jauh dari sekolah induk SDN No 05 Landau Tubun Kecamatan Tanah Pinoh Barat.
Sangat miris memang, karena sampai saat ini belum ada respon dari pihak dinas terkait. Tentynya hal ini menjadi pertanyaan serius dari warga.
“Apakah hal tersenut tidak ada usulan dari sekolah induk atau memang diabaikan,” tanya seorang warga, wahidin.
Wahidin mengutaraka ternyata masih ada di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, bangunan sekolah yang sangat memprihatinkan. Satu diantaranya adalah SD Jarak Jauh di Dusun Keluas Meniba, Desa Harapan Jaya, Tanah Pinoh Barat.
Diketihi sekolah ini dibangun secara swadaya oleh warga luar menggunakan dana apapun. Tentunya dengan sangat dibawah standar kesederhanaan, seperti yang diperlihatkan dan ditemukan oleh HR.
Sekolah itu hanya ada satu lokal, tanpa jendela dan pintu.dan menggunakan atap daun. Dimana sekolah ini menginduk ke SD Negeri 05 Landau Tubun, memang sangat membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan dinas terkait.
Sudarmono, selaku Kepala Desa Harapan Jaya menjelaskan selama ini semua ini warga lakukan hanya untuk kepentingan anak-anak mereka, demi menimba ilmu, walaupun harus menggunakan atap daun, dindingnya kulit kayu, sedangkan lantainya langsung tanah.
“Papan tulisnya pun menggunakan papan pengumuman di Kantor Desa,” katanya, saat ditemui wartawan,di Nanga pinoh jum’at (05/10/2018).
Menurut Sudarmono kegiatan sekolah kelas jauh yang mulai beroperasi sejak akhir tahun 2016 ini menggunakan rumah hanya berukuran 4×6 meter untuk menampung 12 murid kelas I.
“Gurunya dua orang, yakni guru umum dan agama. Keduanya masih honor, dibiayai dengan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah),” ungkap Sudarmono.
Mendirikan SD Jarak Jauh tersebut, Sudarmono mengaku memang atas permintaan warga serta orang tua murid setempat dan didukung sekolah induk. Sebagai dasar pertimbangan secara kemanusiaan.
“Sebab, jika anak-anak dari dusun tersebut bersekolah ke SD Negeri 5 Landau Tubun, harus menempuh jarak 6 kilometer, melewati hutan,” terangnya.
Sudarmono menambahkan, Dusun Keluas Meniba tersebut hanya berisikan 41 Kepala Keluarga (KK) dan tidak seorangpun yang tamat SD. Tetapi keinginan tinggi mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya sangat luar biasa.
Kondisi ini mengundang perhatian berbagai pihak yang ada di desa setempat, dan tidak ingin membiarkan generasi anak bangsa terus-terusan putus sekolah. Bahkan tidak merasa kesetaraan pendidikan yang dirasakan oleh daerah lain. Kebutuhan pendidikan anak-anak harus diperhatikan. Sebab suksesnya pendidikan juga menunjukkan kesuksesan dalam pembangunan.
Sehingga masyarakat secara swadaya membangun lokal tanpa pintu dan jendela untuk murid kelas I..
Menurut salah satu warga, hal itu adalah satu-satunya pilihan yang paling tepat, mengingat jauhnya jarak tempuh ke sekolah induknya.
Menurut M Fahri, ini satu diantaranya bentuk kepedulian orang tua terhadap pendidikan. Karena mereka sangat menyayangkan sa’at melihat gedung sekolah yang masih bagus, tapi mendapat bantuan rehab dua tahun berturut turut hanya karena alasan hasil penilain Dapodik. Namun ada juga bukti gedung sekolah yang dibangun di lokasi yang kurang tepat.
“Dalam arti kata, lokasinya tidak strategis. Sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal dalam penerimaan peserta didiknya,” bebernya.
Denga serius sudarmono Kades Harapan jaya melihat proses belajar mengajar di SD Jarak Jauh tersebut. Dia melakukan kesepakatan untuk membantu honor dua guru di sekolah tersebut, dengan menggunakan Dana Desa
“Karena disitu ada hak untuk membantu dalam proses pendidikan,” pungkas Sudarmono.
Dengan upaya tersebut dia juga berharap Pemkab Melawi dan propinsi bisa membangun gedung SD yang representatif di Dusun Keluas Meniba. Bahkan masyarakat sudah menyiapkan lahan untuk dihibahkan buat lokasi pembangunan gedung sekolah tersebut,” terang seorang warga, Usman Saad. abd