Tiga Pabrik Diduga Cemari Sumur Warga

oleh -424 views
oleh
Air warga RT 01/RW 05 yang tercemar limbah industri, inzet : warga menyerahkan air sumur 
TANGERANG, HR – Warga Kampung Picung, Desa Pasar Kemis, Kecamatan Pasar Kemis, Tangerang mengeluhkan air sumurnya yang awalnya warna putih berubah menjadi warna ‘kuning’ dan membuat badan gatal-gatal. Ini sudah dua tahun lamanya. Kondisi ini diduga akibat dari pencemaran limbah dari tiga pabrik di kampung Picung.
Pantauan HR, bahwa air sumur warga Kampung Picung di RT 01/RW 05 Desa Pasar Kemis, Kecamatan Pasar Kemis berubah menjadi warna kuning memunculkan bau tak sedap. Perubahan air ini diduga imbas dari pengolahan limbah dari tiga pabrik yang ada di wilayah Picung yang kurang tepat.
Menurut salah satu dari warga, Sumantri mengatakan, air di rumahnya sudah tidak berwarna putih lagi dan berubah menjadi kuning dan tidak bisa atau layak digunakan untuk mandi. Apalagi diminum rasanya sudah lain. Kondisi ini sebenarnya sudah ada 2 tahun. Awalnya hanya ada 2 sumur dan sekarang sudah ada 13 sumur yang kena dampaknya.
“Disini ada 3 pabrik yaitu pabrik benang, pabrik plastik, pabrik kimia (pupuk). Saya hanya menginginkan supaya perusahaan tersebut memperhatikan lingkungan sekitarnya,” katanya.
Lanjutnya, dari Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup sudah kesini akan tetapi sampai sekarang tidak penyelesaian. “Pernah juga kita sebelum lebaran kita demo di kantor kelurahan, akan tetapi tidak ditanggapi lurah,” sebutnya lagi.
Warga Kampung Picung meminta kepada Bupati Tangerang Zaki supaya memperhatikan nasib warganya, karena ini sudah sangat mengganggu kehidupan masyarakat.
Menurut Syeh Muhidin selaku Ketua Lembaga Aliansi Indonesia, mengatakan, bahwa menerima laporan dari masyarakat bahwa sumur mereka tercemari limbah perusahaan. Fakta yang ada, air tersebut sudah tidak bisa digunakan warga lagi karena sudah mengandung zat bakteri yang berbahaya.
Lanjutnya, disini kita akan membela hak masyarakat tersebut, karena pemerintah setempat tidak merespon dari keluhan masyarakat, diduga ada oknum pemerintahan setempat yang menerima kontribusi dari perusahaan tersebut.
“Dalam hal ini akan menindak lanjutinya sampai tuntas, karena ini sudah berjalan dua tahun, tetapi sudah tidak ada penyelesain, padahal masyarakat hanya membutuhkan air bersih,” katanya. Sampai diterbitkan berita ini, pihak dari perusahaan tidak bisa dikonfirmasi. ■ hs

Tinggalkan Balasan