PANGKALPINANG, HR – Di era modern yang ditandai dengan percepatan teknologi dan perubahan gaya hidup, isu kesehatan masyarakat menjadi semakin kompleks. Tren konsumsi makanan cepat saji, aktivitas fisik yang minim, serta tingkat stres yang tinggi telah menimbulkan masalah kesehatan baru, mulai dari penyakit degeneratif hingga gangguan kesehatan mental. Di tengah tantangan ini, perawat sebagai salah satu garda terdepan dunia kesehatan memiliki tanggung jawab penting untuk melakukan promosi kesehatan agar masyarakat tidak hanya sembuh dari penyakit, tetapi juga mampu menjaga kualitas hidupnya.
Sayangnya, promosi kesehatan tidak selalu berjalan mulus. Tantangan yang dihadapi perawat sangat beragam, mulai dari rendahnya kesadaran masyarakat, banjirnya informasi kesehatan yang simpang siur, hingga beban kerja yang membuat fokus promotif-preventif sering terabaikan. Padahal, jika promosi kesehatan dijalankan secara konsisten, banyak penyakit dapat dicegah sejak dini.
Salah satu tantangan terbesar adalah mengubah perilaku. Banyak orang mengetahui pentingnya pola hidup sehat, tetapi enggan melakukannya. Misalnya, masyarakat sudah paham bahwa merokok berbahaya, namun tingkat perokok di Indonesia masih tinggi. Di sinilah perawat dituntut untuk tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga pendekatan yang menyentuh hati. Promosi kesehatan harus disampaikan dengan bahasa yang sederhana, metode yang kreatif, dan menyesuaikan dengan budaya masyarakat.
Era digital membawa kemudahan informasi, namun juga melahirkan tantangan baru berupa maraknya hoaks kesehatan. Mulai dari mitos tentang vaksin hingga iklan obat herbal tanpa dasar ilmiah, semua beredar luas dan mudah diakses. Jika masyarakat tidak memiliki literasi kesehatan yang baik, informasi salah tersebut bisa berakibat fatal. Perawat memiliki peran strategis untuk menjadi sumber informasi terpercaya. Dengan menyajikan data ilmiah yang disampaikan secara sederhana, perawat dapat meluruskan kesalahpahaman dan meningkatkan literasi kesehatan masyarakat.
Realitas lain yang tak bisa dihindari adalah tingginya beban kerja perawat di fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat sering kali lebih disibukkan dengan penanganan pasien yang sudah sakit, sehingga promosi kesehatan dan upaya preventif tidak mendapat porsi yang semestinya. Padahal, mencegah jauh lebih murah dibanding mengobati. Jika pemerintah dan institusi kesehatan memberi ruang yang lebih besar untuk promosi kesehatan, perawat akan mampu menjalankan fungsinya secara lebih optimal.
Meski penuh tantangan, era modern juga membawa peluang besar. Pemanfaatan media sosial, aplikasi kesehatan, hingga telemedicine dapat menjadi sarana efektif promosi kesehatan. Perawat yang melek teknologi mampu menjangkau lebih banyak orang, terutama generasi muda yang akrab dengan dunia digital. Misalnya, kampanye gaya hidup sehat melalui video singkat, webinar edukasi, atau konseling online. Hal ini membuat perawat tidak lagi terbatas di ruang praktik, tetapi hadir di tengah masyarakat melalui ruang digital.
Profesi perawat memiliki keistimewaan karena kedekatannya dengan masyarakat. Tidak hanya di rumah sakit, perawat juga hadir di puskesmas, sekolah, hingga komunitas. Kedekatan ini memberi peluang besar untuk membangun kepercayaan, yang menjadi modal penting dalam promosi kesehatan.
Masyarakat cenderung lebih mendengarkan edukasi dari sosok yang mereka kenal dan percaya, dibanding sekadar informasi umum dari media.
Promosi kesehatan adalah investasi jangka panjang. Masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi untuk hidup sehat akan lebih produktif, dan beban biaya kesehatan negara pun dapat ditekan.
Namun, agar hal ini terwujud, perawat membutuhkan dukungan: pelatihan, kebijakan yang berpihak pada promotif-preventif, serta penghargaan terhadap peran strategis mereka.
Di era modern, tantangan promosi kesehatan memang semakin berat. Tetapi, justru di balik tantangan itu, perawat memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa profesi ini bukan sekadar pelengkap di ruang perawatan, melainkan motor penggerak perubahan gaya hidup masyarakat menuju Indonesia yang lebih sehat. agus/arinda dwita maharani






