TANGERANG, HR – Senin (28/5/2018), Aliansi Jurnalist Tangerang Raya (Ajustar) diundang oleh calon Bupati untuk datang ke kantor Golkar di Jalan Baru Pemda Tigaraksa Kabupaten Tangerang, tepatnya undangan tersebut pada pukul 14.00 wib. Kehadiran Ajustar saat itu sudah diinfokan dari WA Calon Bupati.
Setiap orang punya kisah dan perjuangan sendiri untuk menjadi lebih baik, meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki.
Ketika kehadiran Ajustar di kantor Golkar justru dipertanyakan oleh petugas.
“Kapan ada janji dengan calon Bupati ?” Kalimat tanya singkat ini menjadi isu sensitif bagi Ajustar.
“Kami dari Ajustar. Bagaimana tidak? Pertanyaan yang seharusnya bersahabat ini tidak bersahabat. Kapan ada komunikasi dengan calon Bupati ? Terkadang justru menjadi pertanyaan publik, yang mana sebagian dari mereka ada yang peduli, sebagian lain sekadar ingin tahu, dan sisanya menjadikan sebagai bahan pertanya sepertinya Ajustar tidak diperboleh bertemu Zaki. Oleh petugas mengatakan, bisa bertemu tidak bisa lama karena mereka akan rapat.
Seolah-olah kehadiran Ajustar tidak diharapkan oleh calon Bupati Kabupaten Tangerang.
Lewat komuniksi dari WA calon Bupati mengundang Ajustar. Sesampainya di kantor Golkar, Ajustar hanya diberikan waktu 3 menit.
Ketika duduk bersama di Ruang Golkar, calon Bupati mengatakan pada Ajustar “Ada apa ini, dan apa maksud dan tujuannya datang ke kantor kami ???”
Dengan wajah tanpa senyum, tidak sadarkah calon Bupati telah mengundang Ajustar lewat WA kepada anggota Ajustar ?
Ajustar pun mengambil ancang-ancang untuk menghadapi serangan pertanyaan dari calon Bupati lagi.
“Ayo siapa lagi yang mau bertanya, cepat saya mau rapat ?? Apakah sikap seperti itu untuk calon Bupati. Apakah sikap demikian yang harus dijadikan suri tauladan warga masyarakat Kabupaten Tangerang. Momen kurang pas jika seorang pemimpin tidak dapat membedakan mana konfirmasi dan silaturrahmi,” ujar Ajustar.
Dalam hal ini Tim Ajustar mengatakan “kami bisa dan dapat hadir di sini berdasarkan undangan dari Bapak Calon Bupati pada hari Sabtu tanggal 26 Mei 2018. Kehadiran Ajustar tidak di terima secara baik bahkan di pandang sebelah mata dan hanya di banding-bandingkan serta diberikan waktu 3 menit untuk silaturrahmi.”
Dari hasil pertemuan antara Calon Bupati dan Ajustar, Calon Bupati memandang Ajustar sebelang mata.
“Kok banyak sekali perkumpulan wartawan, ya. Dan boleh-boleh saja mendirikan Organisasi Jurnalist asalkan memiliki Legalitas yang jelas dan memiliki ijin serta memiliki KTA bahkan tidak ada Jurnalist yang abal-abal,” ucapnya lagi.
Bahkan organisasi lain harus dapat mencontoh PWI. Apakah jawaban seperti ini yang keluar dari seorang calon bupati pada Ajustar. Namun dari kata-kata calon Bupati seolah-olah tidak membutuhkan jurnalist lain selain PWI.
Ketika pertanyaan itu dilontarkan dari mulut Calon Bupati pada Ajustar apakah untuk mengchek keabsyahan legalitas kita sebagai jurnalist dan menanyakan KTA apakah ranahnya calon Bupati?
Dalam hal ini calon Bupati tersebut ketika belum terpilih adalah masyarakat. Hanya Dewan pres dan aparat Negara yang berhak untuk menanyakan KTA dan Ijin pendirian Aliansi tersebut. Calon Bupati dalam hal ini adalah rakyat. Bukan kapasitas calon bupati yang harus membandingkan Ajustar dengan PWI.
“Maka bersyukurlah jika kalian adalah jurnalist yang memiliki legalitas seperti PWI,” ujar Zaki.
“Perlu dikhawatirkan dalam pilkada ini, malah menjadi hal yang menjadi pikiran saya untuk di bulan Ramadhan beramal saja sulit karena tidak boleh mengeluarkan uang. Nanti saya yang menjadi temuan, jika ente mau terima yang Rp 25 ribu silahkan karena ini sedang di pantau untuk pilkada. Saya tidak dapat memberikan lebih karena nilai 25 ribu tersebut adalah aturan KPU untuk saya keluarkan uang. Jika lebih mohon maaf,” kata Zaki.
Apakah undangan dan kehadiran silaturahmi Ajustar dianggap meminta untuk meminta uang ????
Sangat disayangkan bahasa seperti itu keluar dari mulut calon bupati lanjutan. Yang kemudian bahasa seperti ini tidak sadar akan berdampak bahkan mempengaruhi psikis dan perangai sebagai calon bupati ?? Termasuk pertanyaan tersebut akan membuat semua Jurnalist bertanya ada apakah ini atau pura pura Idealist, pencalonan ini luar biasa perkataan dari zaki
Sebenarnya itu hanya pertanyaan biasa, tergantung bagaimana kita menanggapinya. bisa menjadi jenaka jika pertanyaan tersebut dilontarkan ketika suasana hati sedang bagus didukung dengan keadaan baik lainnya. Namun bisa menjadi manusia yang sensitif ketika pertanyaan itu muncul pada suasana hati yang sedang buruk, atau ketika sedang banyak pikiran. oleh karena itu tidak welcome pada Ajustar, kemudian calon bupati membandingkan dengan Organisasi yang lain yaitu PWI.
ketika orang lain hanya menilai apa yang tampak, tapi tidak menyadari suatu ucapan dan perkataan.
Bersilaturahim yang ada menjadi tempat yang kurang harmonusis yang mana perkataan calon bupati mengatakan pada Ajustar harus introspeksi seperti PWI.
Disinilah silaturrohmi mulai tidak sepemahaman bahwa apa-apa yang seharuspoonya untuk Pilkada merangkul dan mengajak para jurnalist untuk (Fotwat) publikasi namun dalam hal ini calon bupati membedakan jurnalist
Ketika HR ingin mengkonfirmasi pada KPU kabupaten Tangerang terkait hal 25 ribu rupiah, tanya ketua KPU dan kata kata lanjukan ketua KPU tidak dapat di konfirmasi menurut keterang staf di KPU bapak sedang rapat kembali saja hari kamis. linda