SUKABUMI, HR – Program pengiriman santri Indonesia ke Tanah Suci terus menunjukkan hasil yang membanggakan. Hingga pertengahan tahun ini, tercatat sebanyak 50 santri telah diberangkatkan untuk bertugas di Masjidil Haram, Makkah, dan Masjid Nabawi, Madinah.
Kegiatan ini disampaikan dalam Seminar Nasional Strategi Dakwah dan Pemberdayaan Umat di Daerah 3T, yang digelar di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Kamis (24/7/25).
KH Fajar Laksana, menjelaskan bahwa pengiriman santri ini merupakan hasil kerja sama dengan tiga perusahaan di Makkah yang dipercaya mengelola sejumlah layanan kebersihan dan pelayanan jamaah di dua masjid suci umat Islam tersebut.
“Para santri mendapat amanah untuk menjaga ketersediaan air zamzam, membersihkan area toa dan karpet, merapikan mushaf Al-Qur’an, hingga membantu operasional kantor imam Masjidil Haram. Di Masjid Nabawi, mereka bertugas menjaga area Raudhah, membersihkan karpet, dan membantu jamaah haji serta umrah, termasuk di area toilet,” jelasnya.
Disebutkan bahwa program tersebut telah berjalan selama tiga tahun dan menjadi bagian dari pemberdayaan umat berbasis dakwah dan keterampilan.
“Para peserta yang diberangkatkan telah melalui seleksi ketat dan wajib mengikuti pelatihan selama enam bulan hingga satu tahun. Mereka juga harus menguasai bahasa Arab dan Inggris serta memiliki sertifikat pekerja khusus,” katanya.
Santri yang terpilih adalah mereka yang memiliki akhlak mulia, rajin berjamaah, terbiasa membaca Al-Qur’an minimal lima juz, dan menunjukkan kedisiplinan serta tanggung jawab dalam menjalankan tugas. Kontrak kerja di Tanah Suci berlangsung selama dua tahun dan dapat diperpanjang.
Tak hanya sekadar bekerja, para santri juga mendapatkan kesempatan berharga untuk memperdalam ilmu agama melalui halaqah dan pengajian di Masjidil Haram. Bahkan, selama masa kerja, mereka juga bisa melaksanakan umrah dan berhaji.
“Program ini bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga ibadah dan pendidikan. Mereka bisa mengaji, memperdalam Al-Qur’an, dan berinteraksi langsung dengan jamaah dari seluruh dunia,” ujar KH Fajar.
Menariknya, para santri juga mendapatkan penghasilan tambahan berupa tip dari jamaah yang mereka bantu, yang jumlahnya bisa mencapai Rp20 juta hingga Rp30 juta per bulan—di luar gaji pokok.
Tahun ini, Indonesia mendapat kuota pengiriman sebanyak 1.000 orang, namun hingga kini baru sebagian yang terisi. Pada bulan Juli ini, 21 santri perempuan lulusan pesantren tingkat SRTA berusia sekitar 21 tahun diberangkatkan ke Makkah dan Madinah untuk bergabung dalam program ini. ida