Revitalisasi Pelabuhan Cirebon Strategis

oleh -467 views
oleh
Dady 
BANDUNG, HR – Rencana revitalisasi Pelabuhan Cirebon yang akan groundbreaking pada kwartal IV tahun 2015 dan selesai pada tahun 2017 oleh PT Pelindo II, mendapat apresiasi Komisi IV DPRD Jawa Barat. Rencana revitalisasi pelabuhan Cirebon memerlukan anggaran Rp1, 6 triliun.
Revitalisasi Pelabuhan memiliki peran yang sangat strategis sebagai pengungkit perekonomian di wilayah III Jabar yang meliputi Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning).
Hal ini dikemukakan Drs. H. Dady Rohanady, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Jawa Barat kepada HR di ruang kerjanya di DPRD Jawa Barat Jl. Diponegoro 27 Bandung, Senin (22/6).
“Diharapkan dengan revitalisasi ini manfaat untuk Jabar dapat menjadi pengungkit perekonomian di wilayah III Ciayumajakuning,” kata Dady.
Dikatakan, revitalisasi pelabuhan akan memberi peluang ekspor dan menjadi tantangan sendiri bagi pengusaha dan pengrajin rotan, serta hasil pertanian di wilayah III, dan itu akan membuatnya lebih mudah dengan cost reduction menjadikannya lebih murah dari pada menggunanakan Pelabuhan Tanjung Priok.
Dalam realisasi pembangunan ini dikatakan anggota DPRD Jabar yang berangkat dari Dapil Cirebon Indramayu, ini, hal yang terpenting lagi harus ada sinkronisasi. “Pelabuhan jadi, bandara jadi, kalau itu sinkron akan benar-benar jadi pengungkit ekonomi karena di Majalengkanya ada bandara, kemudian di Cirebon ada pelabuhan ini jadi match betul, cuma kendala ada di Tol Cisumdawu,” tuturnya.
Dengan revitalisasi pelabuhan ini, Cirebon akan dapat retribusi dengan sendirinya, provinsi berperan disitu yang selama ini terancam pemekaran wilayah, logikanya mestinya gak usah lagi ribut urusan itu, Majalengka dikasih bandara, Pelabuhan Cirebon difasilitasi.
“Tinggal bagimana memanfaatkannya secara optimal,” imbuhnya.
Meskipun begitu, Dady juga mengingatkan selain ada peluang sisi lain juga ada sejumlah PR yang harus tetap dijaga supaya tetap pada koridor yang benar terkait dengan revitalisasi pelabuhan Cirebon, karena otomatis jalan-jalan akan makin banyak dilewati dengan volume yang makin tinggi.
“Kalau sekarang misalnya 3 juta ton besok hitungan saya bisa jadi 6 – 10 juta ton, dan jalan provinsi akan makin banyak dilewati juga, dengan load capacity yang wajar umur rencana jalan masih bisa seperti rencana, tapi kalau frekwensi mobil yang keluar dari pelabuhan semakin banyak dengan load capactity yang lebih besar, maka akan mepercepat keruasakan jalan. “Biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan jalan yang ada pasti bertambah!” jelasnya. ■ horaz

Tinggalkan Balasan