CIAMIS, HR – Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi KPRI Mukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis yang dilaksanakan di Gedung Koperasi, (22/7), berjalan cukup unik. Pasalnya dalam RAT tersebut muncul nominal dana macet dari para pengurus dan anggota. Dari dasar itulah sehingga muncul reaksi berbagai pertanyaan dari para anggota.
Setelah Ketua Koperasi membacakan buku laporan pertanggung jawaban keuangan Koperasi tahun buku 2017 yang disampaikan langsung oleh Ketua Koperasi Entuy, ternyata memicu berbagai pertanyaan yang terkesan saling bongkar masalah keuangan koperasi, bahkan terkesan saling memojokan.
Pertanyaan pertama muncul dari Sukandi yang kini sebagai Kepala SMPN 1 Pamarican. “Kita sadari bersama bahwa koperasi kita ini kondisinya sangat memprihatinkan bahkan nyaris kolep, penyebabnya dilatarbelakangi oleh berbagai aspek terutama para anggota yang meminjam tidak disesuaikan dengan kebutuhan yang ada, pinjaman besar tapi susah untuk mengembalikan bahkan ada yang meminjam sampai saat ini tidak dikembalikan karena meninggal dunia. Karena itu kedepannya bagi anggota yang mau meminjam harus pakai aturan, kalau perlu pakaui angunan dengan tujuan si peminjam akan bertanggung jawab untuk mengembalikan, kalau itu dijalankan insya Alloh Koperasi akan sehat. Kemudian bentuk team penyehatan koperasi yang independen,” ujar Sukandi.
Sementara itu anggota lainnya, Sri, menolak keras atas pertanyaan yang disampaikan Sukandi yang terkesan memojokan anggota. Padahal menurutnya, kemacetan uang tersebut bukan murni dari anggota tapi ada dana macet yang dipakai pengurus, bahkan jumlahnya cukup besar.
“Yang perlu kita sikapi bersama berdasarkan data pembicaran para anggota dimana-mana yang langsung disampaikan kepada para pengurus yang berkaitan dengan keterpurukan koperasi, sehingga kami simpulkan sakitnya koperasi ini disebabkan ada beberapa poin antara lain penyebabnya dari unsur pengurus beserta jajarannya, piutang yang bermasalah piutang ini menjadi beban kita semua dikarenakan piutang tersebut ada yang lancar dan ada yang macet, jumlah kemacetannya pun sangat besar, kemacetan ini bukan di anggota saja tapi justru di pengurus dan jajarannya,” ujar Sri.
Selain itu menurut Sri, “yang bikin saya ga habis pikir kenapa hal seperti ini bisa menerpa Koperasi Mukti, kalau boleh jujur uang yang macet di pengurus mencapai dua miliar lebih, jadi bobroknya koperasi ini bukan hanya oleh anggota saja tapi kepengurusannya pun ikut serta di dalamnya.”
Hal senada juga dikatakan Surjam. “Setelah kami membaca dan memahami buku laporan RAT, akhirnya kami menyimpulkan bahwa keberadaan Koperasi Mukti amburadul. Di sini disebutkan ada dana yang macet sangat besar sekali, dalam hal ini saya berkesimpulan dasar kemacetan tersebut diawali dengan ketidak jelasan dana yang dipakai pengurus, sehingga anggotapun mengikuti jejak para pengurus. Selain itu, lucunya di sini kalau anggota mengakui punya utang dan jasanya tapi para pengurus memilih bungkam, namun setelah di audit baru ketemu hutang, yang totalnya hampir mencapai tiga miliar yang di pakai oleh pengurus,” ungkapnya.
Dengan munculnya berbagai reaksi dari berbagai anggota, akhirnya para pengurus membentuk sebuah team untuk independen untuk penyelesaian permasalahan piutang yang di hadiri oleh unsur Dekopinda Kabupaten Ciamis dan para anggota yang lainnya. koes