PANGKAL PINANG, HR – Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Ridwan Djamaluddin, mengajak pihak-pihak terkait untuk secara masif melibatkan masyarakat dalam menanggulangi masalah kerusakan lingkungan, agar lingkungan hidup di Babel semakin membaik.
Hal ini diungkapkan Pj Gubernur Babel saat membuka audiensi dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), di Gedung Mahligai Rumah Dinas Gubernur Babel, Kamis (2/6/2022).
“Salah satu program penting saya adalah mengatasi penyelesaikan masalah kerusakan lingkungan, khususnya lubang-lubang bekas tambang. Secara keseluruhan yang kita diskusikan hari ini akan menjadi salah satu dari program besar. Saya ingin menghijaukan Babel,” ujarnya.
Dirinya juga sudah berbicara dengan perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan untuk melakukan reklamasi pasca tambang. Karena, lanjutnya, menurut regulasi semua perusahaan itu diwajibkan memulihkan kembali kondisi ekologi.
“Mari kita berbagi peran, badan asosiasi perannya apa, tugas kami di pemerintah daerah apa, dan tugas itu kita bagi-bagi. Insyaallah kalau kami, saya di dua tempat (sebagai Pj Gubernur Babel dan sebagai Dirjen Minerba Kementerian ESDM), akan berkomitmen penuh untuk melaksanakan program ini. Karena sudah saya katakan, kita tidak punya pilihan lain selain menghadirkan negara untuk memastikan bahwa kondisi lingkungan hidup di Babel ini membaik,” terangnya.
Pj Gubernur Ridwan Djamaluddin juga mengatakan, dari paparan pemetaan area yang dilakukan, nantinya Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Babel, serta Dinas ESDM Babel tinggal mencocokkan area mana yang akan diidentifikasi sebagai pilot project. Dari peta ini juga, kemudian Pemprov Babel akan menyurati Bappenas, dan Kementerian LHK untuk menjadi satu dari 13 daerah pembibitan di Indonesia.
Purwadi selaku Sekjen APHI, dalam paparannya menjelaskan tantangan pengelolaan HTI di Babel, diantaranya areal terdegradasi eks tambang, permasalahan tenurial, dan sosial/tumpang tindih lahan HTI dengan sawit, dan pengelolaan areal tidak kompak.
“Untuk mengatasi ini, perlu sebuah terobosan atau win-win solution yang bisa diciptakan antara pemegang izin perusahaan, bagaimana pemerintah memfasilitasi menjadi katalisator mempercepat solusi,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, terdapat beberapa potensi pengembangan multi usaha kehutanan di Babel, diantaranya pengembangan HTI jenis Akasia untuk industri serpih/pulp, dan jenis Cemara Laut Akasia, dan Gamal untuk feed stock co-firing PLTU PLN Air Anyir (kerja sama PT Inhutani V dan PLN).
Selain itu, ada juga agroforestry, yang merupakan program tumpang sari tanaman sengon/karet dengan singkong pembangunan industri pengelolaan tepung tapioka/mokaf skala menengah, dan tanaman buah-buahan (jengkol, lada, alpukat), yang dilakukan kemitraan dengan masyarakat.
Sementara itu, ada empat potensi lainnya seperti agrosilvofishery, hasil hutan bukan kayu tanaman kayu putih, ekowisata taman wisata bunga, dan penyelesaian tanaman sawit yang terbangun di area HTI. agus priyadi