Petani di Tangerang Keluhkan Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

oleh -239 views
Lahan pertanian yang membutuhkan pupuk urea bersubsidi.

TANGERANG, HR – Sejak sebulan terakhir para petani di wilayah KabupatenTangerang mengeluhkan kelangkaan pupuk urea bersubsidi. Petani menjerit karena disaat musim tanam padi seperti sekarang ini kebutuhan pupuk urea sangat mendesak.

Sumber Harapan Rakyat menyebutkan, sulitnya mendapatkan pupuk urea bersubsidi disebabkan jumlah tonase yang diusulkan oleh kelompok tani kepada pemerintah.

Melalui Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) yang tercantum dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) tidak sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Bupati.

Penyebab lain adalah, tidak terakomodirnya petani tambak dan petani holtikultura yang juga membutuhkan pupuk urea bersubsidi dalam jumlah besar. Agar kondisi yang menyulitkan para petani ini tidak berkepanjangan, diperlukan regulasi yang jelas terkait kebutuhan pupuk urea bagi petani  tambak serta holtikultura dengan petani padi. “Karena tidak adanya regulasi yang jelas, selama ini jatah pupuk urea bersubsidi untuk petani padi terserap kepada petani tambak dan holtikultura. Sehingga berdampak terhadap kekurangan pupuk urea untuk petani,” ujar salah seorang pemilik kios pedagang pupuk kepada koran ini.

Jika di wilayah Kabupaten Tangerang terjadi kelangkaan pupuk urea bersubsidi, lain halnya dengan di wilayah Kota Tangerang. Berdasarkan pantauan dan informasi dari sejumlah pemilik kios pedagang pupuk urea bersubsidi, saat ini kebutuhan utama para petani tersebut mengalami kekosongan atau tidak ada stok. Kondisi ini terjadi sejak pemerintahan pusat menerapkan kebijakan penggunaan Kartu Tani sejak awal Juli 2020 lalu.

Penggunaan Kartu Tani tersebut dinilai kurang sosialisasi yang berdampak terhadap minimnya pemahaman para petani dalam hal penggunaan kartu tersebut. Sementara bagi petani yang tidak memiliki Kartu Tani, mereka tidak dapat membeli pupuk urea bersubsidi di kios yang telah ditunjuk oleh pemerintah dan harus membeli pupuk urea non subsidi yang harganya cukup mahal.

Hal lain yang dikeluhkan petani Kartu Tani dengan sistem gesek berapa banyak pupuk yang dibutuhkan setelah ada deposito di Bank BRI. “Kita berharap  pemerintah meninjau kembali penggunaan Kartu Tani tersbut karena tidak efektif yang berdampak sulitnya mendapatkan pupuk urea bersubsidi di Kota Tangerang,” kata sejumlah petani.

Sebagaimana diketahui, dalam mensukseskan program nasional di bidang pertanian, pemerintah terus berinovasi dan menciptakan program-program yang menguntungkan guna meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satunya melalui peluncuran kartu tani. Kepada wartawan beberapa waktu lalu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP)  Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy menjelaskan, pada dasarnya  Kartu Tani merupakan kartu debit seperti ATM dan bisa digunakan para petani untuk berbagai kebutuhan dan memenuhi keperluan pertaniannya.

Dengan memiliki Kartu Tani, terang Sarwi Edhy, pertama mendapat kepastian dalam memperoleh pupuk bersubsidi yang merupakan komponen penting dalam sebuah pertanian. Langkah tersebut juga dinilai efektif dalam menyalurkan pupuk bersubsidi agar tepat sasaran. Namun, menurut sejumlah petani karena kurangnya sosialisasi, kebijakan penggunaan Kartu Tani tersebut tidak efektif dan cenderung menyulitkan mereka untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, karena tidak semua petani memiliki deposito di bank. Karenanya, Kartu Tani tersebut perlu ditinjau ulang. zn

Tinggalkan Balasan