PONTIANAK, HR – Pendidikan tinggi di Kalimantan Barat menghadapi tantangan signifikan dalam menarik minat generasi usia produktif. Banyak dari mereka lebih memilih bekerja di perkebunan kelapa sawit, sektor ekonomi dominan yang tersebar di 14 Kabupaten/Kota di Provinsi yang luas wilayahnya terbentang 147307 km².
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat menunjukkan bahwa pada tahun 2023, luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 1.467.863 hektar, dengan produksi sebesar 5.860.674 ton, belum lagi pabrik-pabrik pengilahan kelapa sawit yang berbentuk CPO ataupun pabrik-pabrik hilisasi sawit yang memproduksi minyak goreng. Hal ini menjadi peluang kerja yang ditawarkan sektor ini seringkali lebih menarik dibandingkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Akibatnya, angka partisipasi pendidikan tinggi di Kalimantan Barat masih rendah. Menurut data BPS, pada tahun 2022, jumlah perguruan tinggi di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di provinsi ini terdiri dari 11 institusi dengan total mahasiswa sebanyak 45.678 orang. Minimnya kesadaran akan manfaat jangka panjang pendidikan tinggi, terutama di daerah pedalaman yang sulit dijangkau oleh fasilitas pendidikan, memperburuk situasi ini.
Selain itu, biaya pendidikan yang tinggi sering menjadi hambatan utama. Meskipun terdapat program beasiswa dari pemerintah dan lembaga swasta, informasi mengenai program ini belum tersebar merata di masyarakat. Banyak keluarga menganggap pendidikan tinggi sebagai investasi mahal dengan hasil yang tidak langsung terlihat, sementara pekerjaan di sektor sawit dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, meskipun rentan terhadap fluktuasi harga komoditas dan tidak menjamin kestabilan ekonomi jangka panjang.
Tantangan ini perlu dipahami dalam konteks sosial dan budaya masyarakat di propinsi Kalimantan Barat. Peran pendidikan tinggi sebagai alat mobilitas sosial belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Padahal, pendidikan tinggi tidak hanya meningkatkan potensi pendapatan individu tetapi juga memberikan kesempatan untuk memperluas jaringan sosial, memperbaiki kualitas hidup, dan membuka akses ke pekerjaan yang lebih stabil. Dalam jangka panjang, pendidikan tinggi dapat membantu masyarakat keluar dari siklus kemiskinan yang seringkali melanda generasi ke generasi.
Untuk mengatasi tantangan ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperluas program sosialisasi tentang pentingnya pendidikan tinggi. Program ini harus menjangkau masyarakat hingga ke pelosok desa, dengan menekankan manfaat pendidikan tinggi dalam meningkatkan kualitas hidup. Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat menggandeng tokoh masyarakat, organisasi lokal, serta media massa untuk menyebarkan informasi ini secara efektif. Selain itu, penyediaan beasiswa yang lebih terarah, khususnya untuk anak-anak keluarga petani sawit, dapat menjadi daya tarik tambahan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Penyelesaian jangka panjang juga memerlukan peningkatan aksesibilitas dan relevansi pendidikan tinggi. Perguruan tinggi di Kalimantan Barat harus lebih aktif menjangkau daerah terpencil dengan membangun kampus-kampus satelit atau menyediakan program pendidikan jarak jauh yang terjangkau. Kolaborasi dengan sektor perkebunan kelapa sawit juga dapat menghasilkan program pelatihan dan sertifikasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga mereka merasa pendidikan tinggi memberikan nilai tambah langsung. Dengan solusi-solusi ini, diharapkan masyarakat Kalimantan Barat akan lebih memahami bahwa investasi dalam pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang sosial dan ekonomi yang lebih baik.
Di tengah tantangan tersebut, Universitas Terbuka (UT) hadir sebagai solusi untuk memudahkan akses pendidikan tinggi bagi masyarakat Kalimantan Barat. Dengan tersebarnya Sentra Layanan UT di setiap kabupaten/kota, UT memberikan peluang pendidikan tinggi yang lebih inklusif dan terjangkau. Program kuliah daring yang ditawarkan UT memungkinkan mahasiswa belajar kapan saja dan di mana saja, sehingga cocok bagi mereka yang bekerja di sektor perkebunan atau memiliki keterbatasan waktu. Selain itu, UT menawarkan berbagai program studi mulai jenjang sarjana, magister, hingga doktor, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja sekaligus memberikan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Dengan biaya kuliah yang terjangkau dan fleksibilitas pembelajaran, UT menjadi alternatif utama bagi masyarakat Kalimantan Barat yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi tanpa harus meninggalkan pekerjaan. Sebagai kampus negeri dengan akreditasi unggul (A), UT juga memastikan bahwa kualitas pendidikannya setara dengan universitas konvensional lainnya.
Dengan peran strategisnya, UT dapat menjadi motor penggerak perubahan di Provinsi Kalimantan Barat, membantu menciptakan generasi yang lebih terdidik dan siap bersaing dalam dunia kerja global. Pendidikan tinggi melalui UT bukan hanya sekadar peluang, tetapi juga investasi masa depan bagi masyarakat Kalimantan Barat. Penulis : Dr. Romi Siswanto, S.Sos.M.Si (Direktur UT Pontianak. tim