Pemuda Sebagai Jangkar Bangsa: Refleksi Psikososial di Tengah Pusaran Zaman

DENPASAR, HR – Di tengah perubahan zaman yang cepat dan sering kali mengundang kegelisahan, peran pemuda menjadi penentu arah masa depan bangsa. Bukan sekadar menghadirkan semangat, namun juga menjadi penopang ketahanan sosial dan spiritual bangsa yang majemuk ini.

Seminar bertajuk “Menguatkan Diri, Menguatkan Sesama: Peran Psikososial Pemuda dalam Menjawab Perkembangan Tantangan dan Ketuhanan Negara Kesatuan Republik Indonesia” yang diselenggarakan di Ledang Space, Denpasar, mempertemukan pemikiran dari dua tokoh inspiratif: Efatha Filomeno Borromeu Duarte, dosen dan pengamat politik dari Universitas Udayana, serta Muhammad Karim Kia Boli, Ketua Paguyuban Mahasiswa Nusantara Timur (PMNTT), yang selama ini memperjuangkan suara pemuda dari kawasan timur Indonesia. Acara itu diselenggarakan pada Ledang Space & Studio di Kota Denpasar, Jum’at (25/4).

Puluhan peserta dari berbagai kalangan hadir dalam forum ini, menciptakan ruang perenungan bersama atas peran pemuda dalam menjaga keutuhan sosial-politik bangsa, bukan dengan agitasi atau kegaduhan, tetapi lewat pendekatan empati, ketenangan berpikir, dan solidaritas sosial.

Dalam pemaparannya, Efatha mengangkat keresahan mahasiswa hari ini yang tak jarang merasa terombang-ambing di tengah derasnya arus informasi dan tekanan sosial. Menurutnya, ketegangan sosial yang terjadi belakangan ini perlu direspons dengan cara yang lebih berakar pada pendekatan ilmiah dan kemanusiaan.

“Kita hidup dalam situasi di mana keresahan publik sering kali membentuk jarak sosial untuk saling terbuka dan mendengar. Mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi jembatan pemahaman dan seminar ini akan memberikan cara untuk menggunakan pendekatan psikologi sosial sebagai sarana untuk membaca realitas batin sosial dalam mencari solusi, menjaga kerukunan, keutuhan dan menyelamatkan diri dari jebakan narasi di permukaan,” pungkas Efatha.

Ia menggarisbawahi pentingnya peran pemuda sebagai penjernih, bukan penyulut belaka. Dalam konteks menjaga keutuhan bangsa, hal yang sering kali terlupakan adalah membangun ruang-ruang dialog yang penuh nuansa akademis.

Sementara itu, Karim, sebagai representasi pemuda dari Indonesia Timur, menegaskan bahwa pemuda masa kini memiliki tanggung jawab besar: tidak hanya membangun diri sendiri, tetapi juga menyumbang makna dalam kehidupan bersama sebagai anak bangsa.

“Kami dari timur percaya bahwa kekuatan sejati pemuda ada pada kemampuannya menjaga harmoni. Hari ini, tantangan bukan hanya tentang kompetisi global, tapi bagaimana kita hadir sebagai sahabat di tengah keragaman sudut latar belakang. Ketika kita saling menguatkan, kita turut memperkokoh fondasi bangsa ini,” ujar Karim.

Ia menambahkan bahwa kreativitas, ketekunan, dan kesediaan untuk terlibat aktif dalam kehidupan sosial adalah bentuk kontribusi nyata pemuda terhadap kondusivitas nasional.

Seminar ini menjadi refleksi kolektif yang menyejukkan: bahwa dalam pusaran zaman yang tidak pasti, pemuda bisa menjadi jangkar bukan hanya bagi dirinya sendiri, tapi bagi arah kebangsaan yang lebih teduh, inklusif, dan penuh pengharapan atas kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. dyra

[rss_custom_reader]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *