Musim Utara Kembali “Mengganas” Di Natuna

oleh -19 Dilihat
oleh
Tim Basarnas dan tim dari Pemda Natuna membantu evakuasi.

NATUNA, HR – Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat ini Natuna sedang memasuki puncak musim hujan tertinggi dan telah berlangsung sejak bulan november 2017 lalu.

Pada rentang musim penghujan tersebut, di wilayah Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kabupaten Natuna dan Anambas, terdapat satu istilah populer yang dikenal masyarakat, terutama untuk kalangan nelayan, yakni musim utara.

Musim ini dinamakan musim utara karena angin datang secara kontiniu dari utara melewati wilayah Natuna dan Anambas. Angin kencang disertai hujan lebat akan sering terjadi, curah hujan rata-rata bisa mencapai atau lebih 50 mm per harinya. Kecepatan angin di daratan Natuna bisa berkisar 10km/jam sampai 50km/jam dan untuk di lautan bisa berkisar 20km/jam sampai 70km/jam.

Kecepatan angin tersebut mengakibatkan tinggi gelombang laut di perairan Natuna bisa mencapai 3 sampai 7 meter. Keganasan musim utara pada tahun 2018 ini pun dirasakan sangat besar dampaknya bagi masyarakat Natuna dan Anambas. Tingginya intensitas hujan mengakibatkan banjir di beberapa wilayah di dua kabupaten terdepan NKRI ini. Bahkan, warga ada yang terjebak di perjalanan karena banjir menutupi jalan dan jembatan, sehingga mereka harus menginap di jalan sampai bantuan datang.

Tidak sampai disitu, angin yang bertiup kencang tiada henti, juga menerbangkan atap rumah warga dan menumbangkan pepohonan khususnya di wilayah pesisir pantai. Hal itupun akhirnya berimbas pada putusnya jaringan listrik PLN, karena tertimpa pohon tumbang.
Ibarat masalah yang tiada henti, musim angin utara juga turut “menerbangkan” harga bahan pokok, bahkan sebagian bahan pokok terputus pendistribusiannya, karena kapal pengangkut barang tidak berani melawan ganasnya laut natuna utara.

Di sektor transportasi, masyarakat Kabupaten Natuna yang mengandalkan jasa angkutan laut dan udara juga musti lebih bersabar. Sebabnya kapal penumpang milik PT PELNI yang selama ini menjadi primadona untuk berpergian keluar daerah, nyatanya juga kurang “perkasa” jika laut Natuna sedang bergelora.

Sementara itu jasa penerbangan juga mengalami hal yang serupa dengan kapal laut, curah hujan tinggi, angin kencang dan awan cumulonimbus menjadi alasan pihak maskapai melakukan cancel flight untuk tujuan Natuna.

Stasiun Meteorologi Ranai merilis, berdasarkan citra satelit kanal infra merah 15 Januari 2018 Pukul 10.20 WIB terdapat banyak awan konvektif pada wilayah Kepulauan Natuna. Kondisi ini berpotensi menumbulkan curah hujan yang banyak, angin kencang, petir dan kilat, gelombang tinggi dan awan cumolonimbus (CB) dan lain sebagainya.

“Dihimbau kepada masyarakat Natuna agar berhati hati menjalankan aktifitasnya terhadap perubahan cuaca ekstrim yang terjadi seperti angin kencang serta hujan lebat dengan disertai petir yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana seperti pohon tumbang, terjadinya genangan air, tanah longsor, gelombang tinggi dan lain sebagainya,” kata Prakirawan Statmet Ranai, Asru. fian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.