PONTIANAK, HR – Di tengah derap pembangunan, desa tak lagi hanya berkutat pada urusan fisik. Tantangan kini lebih berlapis: peningkatan kapasitas SDM, penanggulangan kemiskinan, pengelolaan dana desa, hingga menjaga kerukunan sosial.
“Kepemimpinan yang adaptif, komunikatif, dan bertanggung jawab bukan lagi pilihan, tapi keharusan,” tegas Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Sanggau, Alian S.ST,
Pernyataan itu disampaikan dalam Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara bagi Kepala Desa dan BPD se-Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu (11/6/2025) di Bandung, Jawa Barat.
Tiga Pilar Kepemimpinan Desa Kuat
1. Adaptif: Menari dengan Perubahan
- Pemimpin desa harus lincah menyesuaikan diri dengan dinamika zaman. Caranya?
- Belajar Tanpa Henti: Ikuti pelatihan, baca regulasi terbaru, gali ilmu dari mana saja.
- Responsif: Sigap hadapi bencana, pandemi, atau digitalisasi administrasi.
- Berani Mencoba: Keluar dari zona nyaman, terapkan metode baru dalam pelayanan publik.
- Dengar Aspirasi: Suara warga adalah kompas dalam mengambil keputusan.
2. Komunikatif: Jembatan Antar Elemen
- Pemimpin yang baik adalah penyambung lidah rakyat.
- Buka Ruang Dialog: Musyawarah desa, forum warga, atau posko aspirasi harus hidup.
- Gunakan Bahasa Sederhana: Hindari jargon birokrasi yang membingungkan.
- Manfaatkan Teknologi: WhatsApp grup, papan informasi digital, media sosial desa.
- Dua Arah: Bukan hanya bicara, tapi juga mendengar.
3. Bertanggung Jawab: Dipertanggungjawabkan di Dunia dan Akhirat
- Setiap kebijakan harus jelas pertanggungjawabannya—moral, administratif, maupun hukum.
- Transparansi Dana Desa: Pastikan setiap rupiah tepat sasaran.
- Patuh pada RPJMDes dan RKPDes: Jangan sampai kebijakan hanya untuk kepentingan pribadi.
- Adil dan Tidak Diskriminatif: Baik dalam pelayanan maupun penyaluran bantuan.
- Laporan Terbuka: Sampaikan ke masyarakat melalui papan informasi atau musyawarah tahunan.
Kunci Utama:
- Integritas: Jujur, rendah hati, jauh dari penyalahgunaan wewenang.
- Melayani, Bukan Menguasai: Ingat, pemimpin desa adalah pelayan rakyat.
- Sinergi: Kepala Desa dan BPD harus kompak, bukan saling sikut
Bimbingan teknis ini bukan sekadar formalitas. Ia adalah ruh yang menggerakkan pemerintahan desa. Berikut alasannya:
1. Meningkatkan Kapasitas Kepemimpinan
Kepala Desa dan BPD adalah ujung tombak. Bimtek memberi: Pemahaman mendalam tentang peran dan tanggung jawab. Keterampilan memimpin, mengambil keputusan, dan mengelola konflik. Visi untuk menjadi pemimpin solutif, bukan sekadar birokrat.
2. Memperkuat Sinergi Kepala Desa dan BPD
Tanpa kerja sama, desa hanya akan berjalan di tempat. Bimtek membantu: Menghindari tumpang tindih wewenang. Menyelesaikan perbedaan dengan komunikasi sehat.
3. Menjamin Good Governance
Prinsip-prinsipnya:
- Transparansi
- Akuntabilitas
- Partisipasi Masyarakat
- Efisiensi dan Efektivitas
4. Menyesuaikan dengan Regulasi Terkini
Dunia terus berubah. Bimtek memastikan aparatur desa tak ketinggalan: Update UU Desa, Permendagri, dan Permendes. Siap hadapi tantangan baru: pandemi, urbanisasi, digitalisasi.
5. Mencegah Penyimpangan
Banyak kepala desa tersandung masalah hukum karena ketidaktahuan. Bimtek adalah benteng pencegahan.
6. Menumbuhkan Jiwa Melayani
Pemimpin desa bukan penguasa, tapi pelayan. Bimtek mengingatkan: Layani dengan empati dan integritas. Kebijakan harus untuk rakyat, bukan diri sendiri.
Desa Kuat, Negara Kuat, Kepemimpinan desa bukan sekadar urusan administrasi. Ia juga tentang:
- Membina kerukunan sosial.
- Menjaga keadilan.
- Menanamkan cinta tanah air.
“Desa yang kuat adalah fondasi negara yang kokoh,” pungkas Alian.
Melalui bimtek ini, diharapkan: Peserta paham regulasi dan tanggung jawabnya. Pelayanan publik berjalan profesional dan akuntabel. Kepemimpinan desa lebih partisipatif dan berorientasi pada kesejahteraan. Pemahaman tentang Empat Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) semakin menguat.
Di tangan pemimpin desa yang tangguh, masa depan bangsa ditentukan. Bukan dengan kata-kata, tapi dengan tindakan nyata. “Melayani, bukan menguasai”—itulah mantra sejati pemimpin desa. lp