SUKABUMI, HR – Saat ini, industri logistik dihadapkan pada tantangan untuk melakukan transformasi. Seiring dengan meningkatnya dampak negatif dari perubahan iklim, industri ini semakin terdorong untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek operasionalnya. Laporan “Indonesia Energy Transition Outlook 2025” yang dirilis oleh Institute for Essential Services Reform menyebutkan bahwa angkutan barang menyumbang sebesar 28,1% dari total emisi di sektor transportasi Indonesia. Mayoritas aktivitas angkutan barang masih bergantung pada transportasi jalan raya, sehingga subsektor ini menjadi salah satu yang paling menantang untuk didekarbonisasi.
Untuk menjawab tantangan ini, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia menyatakan komitmennya dalam menerapkan logistik hijau melalui berbagai inisiatif, seperti penelitian terkait skema modernisasi armada truk, integrasi moda transportasi logistik berbasis jalan dan kereta api, serta penggantian truk-truk lama dengan kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
SCG, sebagai pemimpin bisnis di tingkat regional, menyadari pentingnya penerapan prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek operasional di seluruh lokasi bisnisnya, termasuk di Indonesia. Melalui anak perusahaannya, SCG Barito Logistics, SCG mengimplementasikan konsep logistik hijau dengan pendekatan berkelanjutan guna mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta mendukung efisiensi operasional perusahaan.
Warit Jintanawan, Country Director SCG di Indonesia menyampaikan, “Di SCG, kami menyadari bahwa aktivitas operasional dalam industri logistik memiliki kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (GRK). Melalui SCG Barito Logistics, kami menjalankan berbagai langkah strategis untuk memperkuat sistem rantai pasok yang berkelanjutan di Indonesia. Harapan kami, SCG dapat memberdayakan para pelanggan untuk turut berkontribusi dalam mewujudkan target Net Zero pada tahun 2050 melalui upaya dekarbonisasi di sektor logistik demi masa depan yang lebih hijau”.
SCG Barito Logistics merupakan salah satu anak perusahaan SCG yang didirikan pada tahun 2017, sebagai hasil joint venture antara SCGJWD Logistics Public Company Limited dan PT Barito Investa Prima. Dengan menggabungkan keahlian SCG Group dalam penerapan konsep logistik hijau di tingkat regional serta pengetahuan lokal dari Barito Pacific Group, SCG berkomitmen untuk menyediakan solusi logistik terpadu dan layanan transportasi produk ke seluruh wilayah Indonesia. Untuk mendukung visi Net Zero dari SCG, SCG Barito Logistics telah menjalankan berbagai inisiatif untuk menekan emisi karbon, khususnya dalam cakupan emisi Scope 1, 2, dan 3. Upaya tersebut mencakup penetapan target pengurangan emisi sebesar 30% pada tahun 2027, 40% pada tahun 2030, hingga tercapainya Net Zero Emission pada tahun 2050.
Preeda Phothisuwan, Presiden Direktur SCG Barito Logistics, menegaskan pentingnya nilai-nilai perusahaan yang menjadi pedoman dalam menjalankan bisnis. “Di SCG Barito Logistics, telah menjadi komitmen kami untuk mempercepat transisi menuju sistem rantai pasok yang lebih ramah lingkungan. Kami meyakini bahwa pelayanan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan akan membentuk fondasi bisnis yang tangguh dan berkelanjutan dalam jangka panjang,” ujar Preeda.
Untuk mewujudkan komitmen dalam mengurangi emisi dalam industri logistik di Indonesia, SCG Barito Logistics dan SCGJWD menginisiasi serangkaian langkah konkret untuk membangun sistem logistik yang ramah lingkungan. Inisiatif ini mencakup berbagai pendekatan strategis, antara lain. Pemanfaatan Armada yang Ramah Lingkungan
SCG Barito Logistics mengoperasikan 60 truk beremisi rendah yang memenuhi Standar Emisi Euro 4-5, dengan tipe armada 10-wheel open-side box truck. Melalui pengoperasian armada tersebut, perusahaan berhasil menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 16% dibandingkan dengan armada yang digunakan sebelumnya.
Menggunakan EV Forklift untuk Mengurangi Emisi. Mengoperasikan 61 unit EV Forklift, di 4 warehouses utama di area Banten. Melalui transisi ke kendaraan operasional ini, perusahaan berhasil mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 87 ton CO2 per tahun.
Utilisasi Layanan Multimoda. SCG Barito Logistics memanfaatkan layanan transportasi kereta api domestik untuk pengiriman produknya. Saat ini, perusahaan berhasil mengangkut hingga 40.000 metrik ton per tahun di Pulau Jawa. Peralihan ke moda transportasi kereta api ini telah berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dioksida sebesar 3.700 ton.
Optimisasi Sistem Backhaul Matching. SCG Barito Logistics menerapkan sistem logistik backhaul matching, yaitu penyesuaian pengiriman barang kembali (backhaul) dengan moda transportasi darat yang tersedia di rute yang sama guna mengurangi perjalanan tanpa muatan dan memaksimalkan efisiensi pengiriman. Melalui sistem ini, perusahaan telah berhasil mengoptimalkan 4.000 pengiriman di seluruh wilayah Indonesia.
Inovasi Bukti Pengiriman yang Ramah Lingkungan. Mengembangkan inovasi bernama e-Pod (Electronic Proof of Delivery), sebuah teknologi dokumentasi bukti pengiriman barang secara digital yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Berdasarkan estimasi perusahaan, inovasi digital ini diperkirakan dapat menghemat hingga 200.000 lembar kertas per tahun.
Melalui berbagai langkah konkret ini, SCG Barito Logistics berkomitmen untuk menjadi pemimpin dalam industri logistik hijau dengan membawa berbagai terobosan yang mendukung terciptanya sistem angkutan barang yang lebih ramah lingkungan di Indonesia.
Komitmen, visi, serta strategi bisnis SCG Barito Logistics sejalan dengan komitmen ESG 4 Plus, sebuah prinsip bisnis dari SCG yang berfokus pada empat pilar utama: Mencapai Nol Bersih Emisi per Tahun 2050 (Set Net Zero), Mewujudkan Industri Hijau (Go Green), Menekan Kesenjangan Sosial (Reduce Inequality), dan Merangkul Kolaborasi (Embrace Collaboration), dengan keadilan dan transparansi sebagai landasan di setiap operasinya.
“Sejak memulai aktivitas operasional di Indonesia, kami telah menyusun berbagai strategi dan terobosan yang mampu mengintegrasikan teknologi ramah lingkungan, optimasi transportasi barang, serta pengembangan sistem operasional digital. Kami akan terus melanjutkan komitmen ini untuk mewujudkan efisiensi sekaligus mengurangi emisi GRK, serta mendukung pemerintah dalam mewujudkan sistem logistik hijau di Indonesia,” tutup Preeda. ida